Long Weekend, Kajian, dan Film “Tabayun” di Blok M: Sebuah Catatan Hari Libur yang Berisi

Libur panjang selalu jadi momen yang dinantikan. Dan tahun ini, long weekend bulan Mei terasa spesial karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak, yang jatuh pada hari Selasa dan ditambah liburnya hingga Selasa, 13 Mei 2025. Artinya? Libur empat hari penuh, dari Sabtu hingga Selasa!

Banyak orang memilih liburan ke luar kota, staycation di hotel, atau sekadar bersantai di rumah. Tapi saya dan istri sepakat: kali ini, kami ingin mengisi hari libur dengan sesuatu yang lebih bermakna. Sesuatu yang tak hanya menyenangkan, tapi juga menenangkan jiwa. Maka kami pun melangkah ke Blok M, bukan untuk belanja atau kulineran, tapi untuk kajian… dan nonton film.

Pagi yang Teduh di Masjid Alatief

Hari itu, Senin pagi, Jakarta terasa lebih lengang dari biasanya. Kami menuju Masjid Alatief yang terletak di kompleks Pasaraya Blok M. Masjid ini cukup dikenal, dan sering jadi tempat persinggahan para pengunjung kawasan Blok M yang ingin beribadah. Kajian Islam pagi itu dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir menjelang Dzuhur.

Temanya sangat relevan: tentang bagaimana menjaga hati dan pikiran di tengah derasnya arus informasi, asumsi, dan konflik sosial yang kadang tak kita sadari menyita ruang tenang di dalam diri. Suasana masjid cukup ramai, tapi tetap tertib dan damai. Ada pasangan muda, para orang tua, hingga rombongan keluarga. Rasanya seperti bertemu sesama pencari ketenangan di tengah kota yang jarang tidur.

Masjid Alatief, Pasaraya Blok M

Menyusuri “Jalur Rahasia” ke XXI Blok M Square

Usai kajian dan shalat Dzuhur, kami tak langsung pulang. Mumpung sudah di Blok M, kami putuskan untuk menonton film. Pilihan jatuh pada Tabayun, sebuah film drama religi yang sedang tayang di XXI Blok M Square.

Dari Masjid Alatief, kami berjalan menyusuri Terminal Blok M yang berada di bawah tanah—bagi yang belum tahu, dari terminal ini ada jalan tembus yang langsung menuju ke Blok M Square. Jalur ini seperti lorong rahasia yang hanya dimengerti oleh mereka yang sering wara-wiri di kawasan ini.

Setibanya di Blok M Square, kami naik lift ke lantai 5 dan langsung ke bioskop. Sesi kedua film Tabayun dimulai pukul 14.25 WIB. Judulnya cukup menggugah rasa penasaran, apalagi “tabayun” adalah istilah yang sering terdengar dalam diskusi keislaman, tapi jarang diangkat dalam film.

🎬 Film “Tabayun” Sekilas Info:

  • Sutradara: Key Mangunsong
  • Durasi: 112 menit
  • Rating: Remaja
  • Genre: Drama, Religi
  • Pemeran:
    • Titi Kamal
    • Ibrahim Risyad
    • Naysila Mirdad
    • Farrell Rafisqy
    • Jenny Rachman
    • dan lainnya
Film Tabayun

📖 Sinopsis: Antara Cinta, Masa Lalu, dan Klarifikasi

Zalina (diperankan Titi Kamal) adalah seorang ibu tunggal yang berjuang membesarkan anaknya, Arka (Farrell Rafisqy), dengan penuh kesabaran. Kehidupannya mulai rumit ketika Arlo (Ibrahim Risyad), anak bos di kantornya, jatuh hati padanya. Padahal, Arlo sudah dijodohkan dengan Arum (Naysila Mirdad).

Zalina mencoba menjaga jarak, namun Arlo justru mendekati Arka dan berhasil merebut hati si anak kecil, bahkan sampai Arka meminta untuk memanggil Arlo “papa”.

Melihat hal ini, ibu Arlo (Jenny Rachman) memutuskan untuk menemui Zalina. Ia ingin bertabayun—mencari klarifikasi langsung dari sumbernya. Tapi dari pertemuan ini, justru terkuak masa lalu Zalina yang jauh lebih kelam dari yang pernah dibayangkan siapa pun.

🎥 Kesan Pribadi: Antara Niat Baik dan Penyampaian yang Tergesa

Film Tabayun punya niat yang baik dan pesan yang cukup kuat. Namun sebagai penonton, saya merasakan bahwa bagian awal cerita terasa seperti dikejar waktu. Latar belakang tokoh utama langsung ditampilkan secepat mungkin, padahal emosi penonton belum cukup dibangun. Rasanya seperti diajak menyelam, tapi belum sempat menarik napas.

Selain itu, penampilan tokoh Samira (ibu Arlo) yang berhijab namun tidak konsisten atau tidak digunakan dengan tepat, justru menimbulkan kesan ambigu. Di satu sisi film ini membawa embel-embel religi, namun pada sisi lain tidak terlihat adanya representasi tokoh agama, pesan moral yang dijelaskan secara spiritual, atau dakwah yang menguatkan makna “tabayun” dalam Islam.

Film ini menjadikan “tabayun” sebagai semacam klarifikasi dalam konflik hubungan antarpribadi, bukan dalam konteks etika menyikapi informasi seperti yang kita kenal dalam syariat.

Meskipun begitu, akting para pemerannya cukup solid dan konflik yang ditampilkan terasa nyata. Film ini tetap layak ditonton, terutama bagi yang ingin melihat bagaimana nilai-nilai komunikasi dan keterbukaan bisa menyelesaikan konflik.

📌 Tabayun: Bukan Sekadar Klarifikasi

Dalam Islam, tabayun adalah adab penting ketika kita menerima informasi—terutama yang belum jelas kebenarannya. Ini adalah bentuk kehati-hatian yang diperintahkan oleh Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya…”
— (QS. Al-Hujurat: 6)

Artinya, tabayun lebih dari sekadar “klarifikasi.” Ia adalah bentuk tanggung jawab moral dan spiritual sebelum menyebarkan atau mempercayai sesuatu.

✨ Penutup: Libur Panjang yang Penuh Makna

Long weekend kali ini menjadi momen yang menyegarkan dan bermakna. Pagi kami diisi dengan ilmu dan ketenangan di masjid, dan siang kami tutup dengan kisah reflektif dalam film Tabayun.

Meskipun film ini punya beberapa kekurangan, terutama dari sisi penguatan nilai religius yang seharusnya bisa lebih dalam, namun tetap memberi pelajaran penting: jangan cepat menilai sebelum mendengar langsung.

Semoga akan hadir lebih banyak karya sinema Indonesia yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengedukasi dan mengangkat nilai-nilai Islam dengan utuh, jujur, dan menyentuh. (ds)

Bioskop XXI Blok M Square

Kalau kamu suka pengalaman seperti ini, yuk coba sesekali ganti agenda liburmu. Bukan hanya ke pantai atau gunung, tapi juga ke masjid dan bioskop—dua tempat yang bisa mengajak kita berpikir lebih dalam tentang hidup.

Add a Comment