Usulan Gate Baru di Stasiun Daru: Solusi Nyaman Tanpa Menyebrang Rel

Seiring waktu berjalan, Stasiun Daru semakin menjelma menjadi titik penting bagi para komuter di jalur barat KRL. Kalau mundur ke tahun 2012, Daru bahkan belum benar-benar berbentuk stasiun. Hanya ada pos Daru, dengan stasiun induknya di Cilejit yang saat itu masih punya sinyal wesel. Jumlah penumpang pun masih bisa dihitung jari, sekitar 2.000-an orang per hari kerja. Menariknya, angka itu justru naik saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu, ketika lebih banyak warga bepergian.

Tapi itu dulu. Sekarang, di tahun 2025, situasi sudah jauh berbeda. Kehadiran berbagai perumahan baru berbasis TOD (Transit Oriented Development) di sekitar Daru membuat jumlah penumpang melonjak tajam. Daru yang dulunya sepi kini berubah jadi magnet komuter, khususnya bagi mereka yang setiap hari bolak-balik Jakarta.


Dampak Pertambahan Pengguna KRL

Lonjakan pengguna KRL ini jelas membawa dampak ke berbagai sisi:

Positifnya, mobilitas warga jadi lebih mudah, kawasan sekitar ikut berkembang, nilai properti naik, dan muncul peluang usaha baru—dari kuliner, kos-kosan, hingga ojek online yang wara-wiri.

Negatifnya, masalah klasik mulai terasa: parkiran motor dan mobil makin padat. Banyak penumpang membawa kendaraan pribadi sampai stasiun lalu parkir di area terbatas. Akibatnya, parkiran sering meluber hingga ke jalan kampung, bikin lalu lintas warga sekitar terganggu.

Pertanyaan besarnya: apakah Stasiun Daru siap menghadapi ledakan jumlah penumpang ini?


Saatnya Ada Dua Sisi Gate

Nah, inilah usulan yang mulai ramai dibicarakan: Stasiun Daru butuh dua sisi gate.

Saat ini, akses keluar-masuk masih dominan ke arah Tanah Abang. Bagi penumpang dari arah Rangkasbitung, kondisinya kurang bersahabat. Mereka harus menyebrang rel atau lewat gang sempit di pojok pagar stasiun yang jelas tidak nyaman, bahkan berisiko.

Kalau gate arah Rangkasbitung benar-benar dibangun, kabar baiknya tidak akan mengganggu jalur stabling kereta. Sebaliknya, gate ini justru membuka opsi yang lebih aman sekaligus menata ulang akses transportasi lanjutan. Bayangkan, begitu keluar stasiun, penumpang bisa langsung disambut angkot, ojek pangkalan, atau ojek online yang sudah menunggu di depan pintu. Perjalanan jadi lebih lancar, tanpa drama menyebrang rel atau nyelip di gang sempit.


Usulan dari Mohamad Sobari (Darustation)

Pengamat transportasi warga sekaligus admin komunitas Darustation, Mohamad Sobari, menegaskan bahwa pembangunan gate baru di arah Rangkasbitung adalah kebutuhan mendesak. Menurutnya, dengan dukungan TOD yang sudah tumbuh pesat di sekitar Daru, stasiun seharusnya tidak lagi hanya mengandalkan satu pintu keluar.

“Gate arah Rangkasbitung ini bukan sekadar opsi tambahan, tapi solusi untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang. Jalur stabling tidak akan terganggu, sementara penumpang justru punya pilihan akses yang lebih manusiawi. Apalagi kalau diintegrasikan dengan angkot dan ojek yang menunggu di depan pintu keluar, ini akan jadi standar baru pelayanan stasiun berbasis TOD,” ungkapnya.


Peran Ditjen Perkeretaapian, PT KAI, Developer, dan Ditjen Integrasi & Multimoda

Tentunya, usulan gate baru ini tidak bisa berdiri sendiri. Ada beberapa pihak yang seharusnya terlibat aktif:

  1. Ditjen Perkeretaapian Kemenhub RI – berperan dalam kajian teknis, regulasi, serta dukungan kebijakan agar pembangunan gate baru sesuai dengan standar keselamatan dan tata ruang transportasi nasional.
  2. PT KAI dan KAI Commuter – sebagai operator, mereka perlu menyiapkan desain operasional, integrasi tiket, hingga alur keluar-masuk penumpang supaya tidak terjadi penumpukan di satu sisi saja.
  3. Developer perumahan sekitar TOD – mereka yang ikut menikmati lonjakan nilai properti dari hadirnya KRL Daru juga selayaknya ikut andil. Dukungan berupa akses jalan, penyediaan lahan parkir, hingga integrasi transportasi ke kompleks perumahan bisa menjadi bentuk kontribusi nyata.
  4. Ditjen Integrasi dan Multimoda Kemenhub RI – inilah pihak yang bisa menjembatani moda transportasi. Kehadiran gate baru harus terhubung dengan transportasi lanjutan: angkot, bus feeder, ojek pangkalan maupun online. Dengan perencanaan integrasi yang matang, Daru bisa menjadi model stasiun dengan akses multimoda yang efektif dan nyaman.

Dengan kolaborasi keempat pihak ini, usulan gate baru di Stasiun Daru bukan hanya wacana, tapi bisa menjadi solusi nyata.


Menatap Masa Depan Daru

Perjalanan Stasiun Daru, dari pos kecil tahun 2012 hingga simpul komuter penting tahun 2025, benar-benar menarik untuk dicatat. Pertumbuhan penumpang adalah tanda kawasan ini hidup dan berkembang. Tapi, jika fasilitas tidak segera ditingkatkan—mulai dari parkiran hingga gate ganda dengan akses transportasi yang rapi—kenyamanan komuter bisa terganggu.

Yuk, mulai kita pikirkan bersama. Mungkin sekaranglah saatnya pihak terkait benar-benar serius menjadikan Stasiun Daru sebagai stasiun masa depan berbasis TOD. Karena di balik angka lonjakan penumpang yang terus naik, ada cerita nyata tentang kebutuhan, kenyamanan, dan harapan ribuan orang yang setiap hari menggantungkan hidupnya pada perjalanan KRL.

🌐 Website: www.darustation.com
📸 Instagram: @darustation
📘 Fanpage Facebook: Darustation

https://www.instagram.com/reel/DNZmw8toRzJ/?igsh=Z2FmcnV6eGw0M2R2

Add a Comment