Tetes Darah, Jejak Kepedulian: Cerita Donor Rutin di PMI DKI Jakarta

📍 Gedung Muhammadiyah, Jakarta – Rabu, 14 Mei 2025, jam 12 siang

Donor darah bukan cuma soal kesehatan. Buat saya dan istri, ini adalah ritual kecil dua bulanan yang menyimpan makna besar: bentuk sederhana dari kepedulian yang bisa dilakukan siapa saja. Rabu siang itu, kami kembali menjalani rutinitas ini—tapi dengan suasana yang sedikit berbeda. Kali ini, kami mendonorkan darah di tempat sementara PMI DKI Jakarta, yang kini beroperasi di Gedung Muhammadiyah sambil menunggu gedung barunya selesai dibangun.

🍽️ Dari Kantin Sekolah ke Lantai 4

Kami datang bertepatan dengan waktu makan siang, jadi langkah pertama justru mampir ke kantin sekolah Muhammadiyah. Sederhana, tapi menyenangkan. Nasi, lauk rumahan, dan suasana kantin yang riuh tapi hangat—jadi pembuka yang pas sebelum donor.

Habis makan? Lanjut naik ke lantai 2. Ada masjid kecil di sana yang tenang dan adem. Kami salat dulu, menenangkan hati, lalu lanjut ke lantai 4, tempat Unit Transfusi Darah (UTD) PMI DKI Jakarta beroperasi.

📲 Aplikasi Digital, Tapi Masih Butuh Kertas

Di lantai 4, ada kejutan kecil. PMI sudah pakai aplikasi baru bernama AyoDonor—katanya sih sudah terintegrasi nasional. Keren, ya? Tapi… ternyata tetap harus print formulir di kertas folio. Di era digital ini, masih ada jejak kertas yang nggak bisa ditinggalkan begitu saja. Agak lucu sih—aplikasinya digital, tapi cetak formulir 😅

Tapi ya sudah lah. Setiap langkah ke arah digitalisasi tetap patut diapresiasi. Siapa tahu beberapa tahun lagi sudah benar-benar paperless.

💉 Cek, Donor, dan… Dapat Sertifikat!

Begitu urusan administrasi selesai, kami lanjut ke pemeriksaan hemoglobin dan tekanan darah. Lalu, waktunya naik ke kursi donor. Petugas PMI seperti biasa: ramah, cekatan, dan bikin nyaman. Dalam hitungan menit, satu kantong darah berhasil terkumpul. Dan rasanya? Lega. Syukur. Tenang.

Selesai donor, kami iseng tanya: “Kalau sudah donor 30 kali, dapat penghargaan nggak?” Eh, ternyata bisa minta sertifikat penghargaan dari PMI untuk pendonor yang sudah 10 kali, 25 kali, bahkan lebih. Wah, senang juga dapat kenang-kenangan kecil yang bisa jadi penyemangat buat tetap konsisten.

🔁 Komitmen Dua Bulan Sekali

Saya dan istri memang bertekad untuk donor rutin dua bulan sekali. Bukan cuma buat kesehatan, tapi juga karena kami sadar: di luar sana, banyak yang butuh bantuan—dan setetes darah bisa jadi penyelamat hidup.

Yang bikin tambah semangat, istri saya punya golongan darah B rhesus negatif, yang sangat langka di Indonesia. Jadi setiap kali dia donor, rasanya seperti sedang mengirimkan “darurat” ke yang benar-benar butuh. Sementara saya, dengan golongan darah O, bisa dibilang “pendonor universal”—bisa untuk siapa saja. Dan itu rasanya… luar biasa.

🏢 Masih Menunggu Gedung Baru

Di balik pengalaman menyenangkan ini, ada satu pertanyaan yang belum terjawab: Kapan ya gedung baru PMI DKI Jakarta selesai? Gedung Muhammadiyah cukup layak kok—tapi tentu kita semua berharap akan ada tempat yang lebih modern, nyaman, dan sepenuhnya digital untuk mendukung kerja mulia para tenaga kesehatan.

🎁 Pulang Bawa Syukur

Setelah donor, kami dikasih bingkisan kecil. Tapi yang paling kami bawa pulang adalah rasa syukur. Karena kami tahu, di balik satu kantong darah itu, mungkin ada satu nyawa yang bisa bertahan hidup.


💡 Catatan kecil buat kamu yang belum pernah donor darah:
Coba deh sekali saja. Nggak sakit kok—dan siapa tahu, kamu bisa jadi pahlawan buat seseorang yang bahkan nggak kamu kenal. Kita nggak harus jadi dokter untuk menyelamatkan nyawa. Cukup jadi pendonor.

Semoga tetes darah ini jadi jejak kebaikan yang terus mengalir. Dan semoga Allah senantiasa memberi kita kesehatan, kekuatan, dan hati yang terus tergerak untuk peduli. Aamiin.

https://www.instagram.com/reel/DJpvREuzSEI/?igsh=MWo1dGttamhpbnR4cg==

#AyoDonor
#PMIDKIJakarta
#DarahUntukKehidupan
#CeritaKebaikan
#DonorRutin

Add a Comment