Tarif TransJakarta Naik Setelah 20 Tahun: Dari Sutiyoso ke Pramono, Apa Makna di Baliknya?
🚍 Setelah dua dekade menjadi moda transportasi paling terjangkau di ibu kota, TransJakarta akhirnya menaikkan tarifnya dari Rp3.500 menjadi Rp5.000. Kenaikan ini bukan sekadar perubahan angka—ia mencerminkan dinamika kebijakan publik, tantangan fiskal, dan harapan akan layanan yang lebih baik.
Tarif Rp3.500 telah menjadi simbol stabilitas sosial selama 20 tahun, melewati tujuh gubernur DKI Jakarta. Kini, di bawah kepemimpinan Pramono Anung, babak baru dimulai. Mari kita telusuri jejak sejarahnya dan refleksi di balik perubahan ini.

🔍 Sejarah Tarif TransJakarta: Stabilitas yang Luar Biasa
TransJakarta diluncurkan pada 15 Januari 2004 sebagai sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara. Dengan tarif awal Rp2.000, lalu naik menjadi Rp3.500, angka ini bertahan selama dua dekade penuh. Di tengah inflasi, kenaikan harga BBM, dan perubahan gaya hidup urban, tarif ini tetap tak bergeser.
Mengapa bisa bertahan begitu lama?
Karena TransJakarta bukan sekadar transportasi. Ia adalah manifestasi komitmen pemerintah untuk menyediakan mobilitas yang inklusif, aman, dan terjangkau bagi seluruh warga Jakarta. Subsidi besar dari APBD DKI Jakarta menjaga agar tarif tetap rendah, bahkan ketika biaya operasional terus meningkat.
🕰️ Dari Sutiyoso ke Pramono: Gubernur-Gubernur Penjaga Tarif
| Gubernur | Masa Jabatan | Peran dalam TransJakarta |
| Sutiyoso | 1997–2007 | Peluncur TransJakarta, tarif awal Rp2.000 |
| Fauzi Bowo | 2007–2012 | Perluasan koridor, tarif tetap |
| Joko Widodo | 2012–2014 | Reformasi pelayanan, tarif dijaga |
| Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) | 2014–2017 | Transparansi anggaran, layanan gratis untuk pelajar dan lansia |
| Djarot Saiful Hidayat | 2017 | Transisi singkat, stabilisasi layanan |
| Anies Baswedan | 2017–2022 | Integrasi antarmoda, perluasan subsidi |
| Heru Budi Hartono | 2022–2025 | Kajian kenaikan tarif dimulai |
| Pramono Anung | 2025–sekarang | Tarif resmi naik, fokus pada reformasi layanan |
💸 Kenapa Tarif Naik Sekarang?
Wacana kenaikan tarif mulai difinalisasi pada 27–29 Oktober 2025, saat Gubernur Pramono Anung membuka Rapat Koordinasi Transportasi Terintegrasi di Balai Kota Jakarta Liputan6 merdeka.com.
Menurut siaran pers resmi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta:
“Kami sedang memfinalkan untuk itu (kenaikan tarif). Sebenarnya di tarif yang lama pun kami sudah mensubsidi per tiket Rp9.700. Kan terlalu berat kalau terus-menerus seperti itu, apalagi DBH dipotong,” — Gubernur Pramono Anung, 29 Oktober 2025 Liputan6.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta menambahkan bahwa:
- Tanpa subsidi, tarif TransJakarta bisa mencapai Rp10.000–Rp15.000 per perjalanan.
- Kenaikan ini diharapkan menjadi stimulus untuk memperbaiki kualitas armada, halte, dan waktu tunggu.
- Penyesuaian tarif memungkinkan alokasi anggaran yang lebih optimal untuk sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan.
👥 Siapa yang Tetap Gratis?
Kenaikan tarif tidak berlaku untuk semua. Pemerintah tetap menjaga prinsip inklusivitas dengan memberikan layanan gratis kepada 15 golongan masyarakat, termasuk:
- Lansia
- Penyandang disabilitas
- Pelajar pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP)
- Tenaga kesehatan
- Veteran dan keluarga pahlawan
- Petugas kebersihan dan pemadam kebakaran
🚏 Dampak dan Harapan
Kenaikan tarif ini memicu beragam reaksi. Sebagian warga menyambutnya dengan harapan akan peningkatan layanan. Sebagian lain khawatir akan dampaknya terhadap pengeluaran harian, terutama bagi pekerja informal dan pelajar yang tidak masuk kategori gratis.
Namun, jika kenaikan ini diiringi dengan:
- Armada yang lebih bersih dan nyaman
- Headway yang lebih cepat
- Halte yang ramah disabilitas
- Integrasi antarmoda yang lebih baik
Maka Rp5.000 bukan sekadar angka, melainkan investasi sosial untuk mobilitas yang bermartabat.
✍️ Refleksi: Transportasi Publik dan Martabat Kota
Transportasi publik bukan hanya soal perpindahan fisik. Ia adalah cerminan martabat kota dan warganya. Ketika kita membayar Rp5.000, kita berharap bukan hanya sampai tujuan, tapi juga diperlakukan dengan hormat, aman, dan nyaman.

📣 Penutup: Mari Kawal Bersama
Sebagai warga, kita punya hak dan tanggung jawab untuk mengawasi layanan publik. Kenaikan tarif bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari perjuangan baru: untuk transportasi yang adil, inklusif, dan bermutu.
TransJakarta bukan milik pemerintah semata—ia milik kita semua. Maka mari kita kawal bersama, demi Jakarta yang lebih manusiawi dan bergerak maju.
Sumber: Liputan6 merdeka.com BeritaSatu KOMPAS.com Viva.co.id