Sumpah Pemuda 2025: Dari Ikrar ke Aksi, Dari Sejarah ke Harapan

Hari ini, 28 Oktober 2025, kita kembali menatap lembar sejarah yang tak pernah usang: Sumpah Pemuda. Sebuah ikrar kolektif yang lahir dari keberanian, kegelisahan, dan cinta tanah air. Di tengah kolonialisme yang menindas, para pemuda dari berbagai daerah bersatu dalam satu suara: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa—Indonesia.

Tapi peringatan ini bukan sekadar nostalgia. Ia adalah cermin. Ia adalah panggilan.

🌱 Hikmah dari Sumpah Pemuda: Persatuan Bukan Sekadar Seragam

Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa identitas bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk dirajut. Bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan. Di era digital yang penuh polarisasi, semangat 1928 mengingatkan kita: persatuan bukan berarti keseragaman, melainkan keberanian untuk saling memahami dan berjalan bersama.

Pemuda hari ini tak lagi berjuang melawan penjajah bersenjata, tapi melawan penjajahan pikiran: hoaks, konsumerisme, dan apatisme. Maka, sumpah itu harus hidup kembali—dalam cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak.

🌍 Tantangan Globalisasi: Apa yang Terbaik untuk Generasi Muda?

Globalisasi membawa peluang dan jebakan. Kita bisa belajar dari Harvard, tapi juga bisa kehilangan jati diri. Kita bisa terhubung dengan dunia, tapi juga terputus dari akar.

Yang terbaik untuk generasi muda bukan sekadar adaptif, tapi juga selektif. Bukan hanya cerdas teknologi, tapi juga bijak nilai. Kita butuh pemuda yang:

  • Berani berpikir kritis, bukan ikut arus.
  • Mampu membedakan tren dan prinsip.
  • Menjadikan lokal sebagai modal, bukan beban.
  • Menghidupkan literasi, bukan sekadar konsumsi informasi.

Karena di tengah dunia yang serba cepat, yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling sadar.

🚉 Darustation: Menjaga Nyala, Menyemai Harapan Sejak 2011

Sejak berdiri pada tahun 2011, Darustation telah menjadi lebih dari sekadar ruang transit. Ia adalah simpul peradaban kecil yang terus menyala. Dari kampanye literasi, edukasi publik, hingga simbol-simbol visual yang membumi, Darustation hadir sebagai ruang belajar, ruang bertumbuh, dan ruang menyuarakan nilai.

Di balik konsistensi itu, ada dua sosok yang tak pernah lelah menyalakan api perubahan: Mohamad Muchtar dan Mohamad Sobari. Sebagai pendiri Darustation, mereka bukan hanya meletakkan fondasi fisik, tapi juga nilai-nilai yang hidup hingga hari ini—nilai keberdayaan, keterbukaan, dan keberanian untuk berpihak pada kebenaran.

  • Mohamad Muchtar, dengan ketajaman visi dan keteguhan prinsip, membentuk arah gerak Darustation sebagai ruang yang berpihak pada rakyat kecil, pada keadilan, dan pada pendidikan yang membebaskan.
  • Mohamad Sobari, dengan sentuhan kreatif dan kepekaan sosial, menjahit narasi, simbol, dan gerakan menjadi satu kesatuan yang hidup—dari artikel, infografis, hingga kampanye publik yang menyentuh nurani.

Darustation tumbuh bukan hanya secara fisik, tapi secara makna:

Dari desa ke kota.
Dari gang kecil ke jalan besar.
Dari bis kota ke kereta api.

Ia bergerak bersama masyarakat, menyusuri lorong-lorong sunyi, hingga kini hadir di ruang-ruang strategis. Ia bukan sekadar tempat, tapi gerakan. Ia bukan sekadar nama, tapi napas.

💌 Kesan dan Pesan: Sumpah Itu Masih Relevan

Sumpah Pemuda bukan milik masa lalu. Ia milik siapa pun yang berani berkata: “Aku bagian dari perubahan.” Ia milik anak muda yang menulis, mendesain, berdiskusi, dan beraksi.

Pesan kami sederhana: Jangan biarkan sumpah itu menjadi arsip. Jadikan ia algoritma hidupmu. Dalam setiap caption, setiap desain, setiap langkah.

Karena Indonesia bukan hanya tentang masa lalu yang heroik, tapi tentang masa depan yang kita bentuk bersama.(ds)

Add a Comment