Sumatera Menangis: Banjir Bandang dan Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar (November 2025)
📌 Ringkasan
📰 Akhir November 2025, Sumatera diguncang bencana hidrometeorologi. Banjir bandang, longsor, dan gempa melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 807 korban jiwa, 2.600 luka-luka, 647 hilang, dan lebih dari 1 juta pengungsi. Kerugian ekonomi ditaksir mencapai Rp 68,6 triliun.

🌊 Aceh: Sungai Meluap, Desa Terendam
- Daerah terdampak: Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah.
- 30 orang meninggal, belasan hilang, ribuan mengungsi.
- Infrastruktur lumpuh: jembatan putus, jalan rusak, listrik padam.
- Evakuasi dilakukan dengan pesawat Hercules karena akses darat terputus.
- Walhi Aceh menilai banjir ini sebagai peringatan akibat deforestasi dan alih fungsi hutan.
🌧️ Sumatera Utara: Tapanuli Selatan Paling Parah
- 17 kabupaten/kota terdampak banjir, longsor, dan banjir bandang.
- Di Tapanuli Selatan, banjir bandang menewaskan 43 orang.
- Material kayu gelondongan dari hutan terbawa arus, menimbun pemukiman.
- BNPB mencatat puluhan ribu rumah rusak, ribuan hektar sawah gagal panen.
- Relawan dan tokoh publik turun tangan, termasuk artis Chiki Fawzi yang membantu dapur umum.
🏞️ Sumatera Barat: Bendungan Jebol, Jalur Nasional Lumpuh
- Longsor besar terjadi di Kabupaten Agam dan Padang Panjang.
- 9 orang meninggal, belasan hilang.
- Bendungan Gunung Nago jebol, menyebabkan banjir besar di Padang.
- Jalur Padang–Bukittinggi lumpuh total karena jembatan kembar tertimbun material.
- Pemerintah Sumbar menetapkan status tanggap darurat 14 hari.

🔎 Penyebab Bencana
1. Meteorologi
- Siklon Tropis Senyar terbentuk dari bibit siklon 95B di Selat Malaka (21 November 2025).
- BMKG mencatat curah hujan ekstrem: 238 mm/hari di Pakkat, 229 mm/hari di Sibolga.
- Hujan bulanan turun dalam satu hari, memicu banjir bandang.
2. Geologi
- Badan Geologi ESDM: lereng curam, batuan lapuk, dan tanah mudah tererosi di Sumatera.
- Kondisi geomorfologi memperbesar risiko longsor.
3. Lingkungan
- Deforestasi masif: hilangnya hutan di Aceh (14.000 ha), Batang Toru Sumut (19.000 ha), dan Sumbar (10.521 ha) sejak 1990–2024.
- Alih fungsi lahan untuk sawit dan HTI mengurangi daya serap tanah.
- Kayu tebangan terbawa arus memperparah banjir.
📊 Analisa Darustation
Pendekatan darustation menekankan analisis berbasis sistem darurat, kesiapsiagaan, dan mitigasi:
- Kelemahan Sistem Peringatan Dini
Meski BMKG mendeteksi siklon tropis, informasi tidak sepenuhnya diterjemahkan menjadi peringatan lokal yang efektif. Banyak warga tidak sempat evakuasi. - Kapasitas Infrastruktur Darurat
Jembatan, bendungan, dan jalur utama tidak dirancang untuk menahan curah hujan ekstrem. Kegagalan bendungan Gunung Nago menunjukkan lemahnya standar keamanan. - Manajemen Risiko Terintegrasi
Tidak ada koordinasi lintas provinsi dalam menghadapi bencana berskala regional. Padahal banjir dan longsor melintasi batas administratif. - Kerentanan Sosial-Ekologis
Deforestasi dan alih fungsi lahan memperbesar kerentanan. Sistem darurat harus memasukkan faktor ekologis sebagai indikator risiko, bukan hanya curah hujan. - Rekomendasi Darustation
- Perkuat sistem peringatan dini berbasis komunitas.
- Audit bendungan, jembatan, dan jalur vital di Sumatera.
- Integrasi data meteorologi, geologi, dan ekologi dalam satu platform darurat.
- Edukasi masyarakat tentang evakuasi cepat dan jalur aman.
- Moratorium deforestasi di daerah rawan banjir dan longsor.

📖 Penutup
Banjir dan longsor Sumatera 2025 adalah alarm ekologis sekaligus darurat sistemik. Siklon tropis memang faktor pemicu, tetapi lemahnya sistem peringatan dini, infrastruktur rapuh, dan kerusakan hutan membuat dampak bencana semakin besar.
“Sumatera menangis bukan hanya karena hujan, tetapi karena kita gagal membangun sistem darurat yang tangguh.”
Sumber: Liputan6, Kompas, Merdeka, Media Indonesia, Bisnis, Fajar, Suara, UGM Konservasi DAS.
About The Author
darustation
berkembang dengan terencana