Sosialisasi yang Tertinggal: Saat PAKADES Sudah Jalan, Baru Sosialisasinya Diadakan
|Tangerang – Dalam dunia komunikasi program, satu hal yang sangat penting tapi sering dilupakan adalah kesesuaian waktu dan sasaran. Seperti yang terjadi di salah satu desa di Kabupaten Tangerang, kegiatan sosialisasi Program Pendidikan Kesetaraan (PAKADES) justru dilaksanakan setelah programnya berjalan dan bahkan peserta sudah menerima ijazah.
Ya, Anda tidak salah baca. Sosialisasi dilakukan saat program telah usai. Seolah hanya untuk menggugurkan kewajiban dokumentasi belaka. Masyarakat pun jadi bingung—apa yang sebenarnya disosialisasikan jika pelaksanaannya sendiri sudah selesai?

🤷♂️ Ketidakhadiran Masyarakat dan Kosongnya Kursi
Dalam sosialisasi tersebut, tampak banyak kursi kosong. Jumlah warga yang hadir bisa dihitung dengan jari. Bukan karena masyarakat tidak peduli, tapi karena informasi yang beredar sangat minim. Tidak ada spanduk keliling, tidak ada edaran resmi dari RT atau RW, dan yang paling disayangkan—media sosial desa pun tidak menjelaskan secara rinci tentang acara ini.
Beberapa warga mengetahui acara tersebut hanya lewat broadcast WhatsApp yang datang malam sebelumnya. Alhasil, mereka mengira acara ini bukan hal penting atau bahkan menganggapnya hanya sekadar rapat rutin biasa.
🧩 Peran yang Belum Paham dan Tidak Terhubung
Masalah lain muncul dari ketidakjelasan peran antar aparat desa. Ketua BPD yang hadir dan aktif menyampaikan sambutan bahkan tampak lebih dominan dibanding perangkat desa lainnya. Padahal, semestinya kepala desa, sekretaris desa (sekdes), dan kepala urusan (kaur) menjadi penanggung jawab utama dalam pelaksanaan dan sosialisasi program.
Jika peran-peran ini tidak dipahami dan dikolaborasikan dengan baik, maka program bagus seperti PAKADES bisa menjadi seolah tak berguna di mata warga.
🌐 Medsos dan Website Desa yang Mati Suri
Kita hidup di era digital. Tapi ironisnya, akun media sosial desa tidak memberikan penjelasan apapun tentang kegiatan ini. Postingan hanya berupa foto formal tanpa narasi, tanpa penjelasan tujuan, waktu, atau dampaknya bagi masyarakat.
Website desa pun tidak aktif. Tidak ada halaman informasi khusus PAKADES, tidak ada update kegiatan, dan tentu saja tidak bisa diakses warga yang butuh kejelasan.
📝 Program Sudah Jalan, Tapi Warga Baru Tahu
Yang paling menggelitik adalah, ketika di akhir acara diumumkan bahwa program sudah berjalan dan beberapa warga bahkan telah menerima ijazah. Beberapa peserta yang hadir sontak bingung—“Loh, kok sudah jalan? Kenapa kami baru tahu?”
Inilah yang terjadi ketika komunikasi antara sosialisasi dan pelaksanaan program tidak terintegrasi. Bukannya menumbuhkan antusiasme, justru memunculkan rasa kecewa dan ketidakpercayaan dari masyarakat.

🚀 Harapan untuk Perbaikan
PAKADES adalah program yang sangat penting untuk mengangkat derajat pendidikan masyarakat desa. Tapi jika pelaksanaannya seperti ini, maka dampaknya tidak akan optimal.
Sudah saatnya para pemangku kebijakan di desa membangun komunikasi yang terbuka, jelas, dan berbasis digital. Sosialisasi bukan sekadar formalitas, tapi bagian vital dari keberhasilan program itu sendiri.
Catatan: Semoga ke depan, kegiatan seperti ini tidak hanya tampil baik di dokumentasi, tapi juga terasa manfaatnya bagi warga desa secara langsung.