Sombong dan Kerendahan Hati: Ajaran Islam tentang Etika Sosial
|Etika sosial dalam Islam tidak hanya mencakup tata cara berinteraksi yang sopan dan ramah, tetapi juga mengatur sikap hati dan niat seseorang terhadap sesama. Di antara prinsip utama dalam etika sosial Islam adalah bagaimana seseorang harus menjauhi sifat sombong (takabbur) dan senantiasa menumbuhkan sikap kerendahan hati (tawadhu’). Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, dan kedua sikap ini—sombong dan kerendahan hati—memiliki dampak besar terhadap kualitas hubungan sosial yang kita bangun. Dalam artikel ini, kita akan menggali bagaimana ajaran Islam mengatur dan melarang sikap sombong serta mendorong kerendahan hati dalam kehidupan sosial.
1. Sombong dalam Islam: Larangan yang Keras
Sifat sombong atau takabbur adalah salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Allah dalam Islam. Takabbur secara bahasa berasal dari kata kabara yang berarti besar atau agung. Namun, dalam konteks perilaku, takabbur berarti merasa lebih tinggi, lebih baik, atau lebih mulia daripada orang lain, dan sering kali disertai dengan penolakan terhadap kebenaran.
Sombong dalam Al-Qur’an
Beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengingatkan kita untuk menjauhi sikap sombong. Salah satunya adalah dalam Surah Luqman (31:18) :
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak suka orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa sifat sombong atau angkuh dalam berperilaku adalah hal yang dilarang dalam Islam. Allah tidak menyukai orang yang merasa lebih tinggi dari orang lain. Dalam konteks ini, sombong bukan hanya masalah perasaan pribadi, tetapi juga tercermin dalam sikap, perkataan, dan cara kita berinteraksi dengan orang lain.
Takabbur dalam Hadis Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW juga sangat menekankan bahaya kesombongan. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sesawi dari kesombongan.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang beramal baik, jika dalam hatinya terdapat rasa sombong, hal itu dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan surga. Sifat sombong dapat merusak hati dan menghalangi kita dari rahmat Allah.
2. Kerendahan Hati dalam Islam: Menghargai Sesama dengan Tawadhu’
Sebaliknya, Islam mengajarkan pentingnya kerendahan hati atau tawadhu’. Tawadhu’ berasal dari kata wadh’a yang berarti merendahkan diri atau menundukkan hati. Sikap tawadhu’ bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan atau meremehkan diri, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa segala sesuatu yang dimiliki seseorang—baik itu harta, pengetahuan, maupun kedudukan—merupakan karunia dari Allah yang harus disyukuri dan digunakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Kerendahan Hati dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an dengan tegas mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati, terutama dalam berinteraksi dengan sesama. Dalam Surah Al-Furqan (25:63), Allah menggambarkan sifat orang-orang yang bertakwa sebagai berikut:
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih itu adalah mereka yang berjalan di bumi dengan rendah hati…”
Ayat ini menunjukkan bahwa hamba-hamba Allah yang terbaik adalah mereka yang rendah hati, tidak sombong, dan tidak memamerkan kekayaan atau kedudukan mereka. Sikap rendah hati mencerminkan ketakwaan seseorang, karena ia menyadari bahwa segala yang dimiliki berasal dari Allah, dan bukan karena usahanya sendiri.
Kerendahan Hati dalam Hadis Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW memberikan contoh teladan terbaik dalam hal kerendahan hati. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, beliau bersabda:
“Barangsiapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri akan dihargai oleh Allah dan akan diberi kemuliaan. Kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan mendapatkan kehormatan di mata manusia.
3. Sombong dan Kerendahan Hati dalam Kehidupan Sosial
Islam mengajarkan bahwa hubungan sosial yang baik dibangun atas dasar saling menghargai dan menghormati. Kesombongan dalam berinteraksi hanya akan merusak hubungan dan menciptakan kesenjangan antara individu dalam masyarakat. Sebaliknya, kerendahan hati menciptakan kedamaian, persatuan, dan kerja sama yang baik.
Akibat Sombong dalam Kehidupan Sosial
Orang yang sombong sering kali merasa lebih tinggi dari orang lain dan cenderung meremehkan orang di sekitarnya. Hal ini dapat merusak hubungan antar sesama dan menciptakan perasaan iri, dengki, atau bahkan permusuhan. Dalam kehidupan sosial, kesombongan juga dapat menghalangi seseorang untuk menerima nasihat atau kebenaran, karena ia merasa lebih tahu atau lebih baik daripada orang lain.
Selain itu, orang yang sombong juga bisa kehilangan berkah dari Allah. Dalam hadis disebutkan bahwa Allah tidak akan memberikan rahmat-Nya kepada orang yang sombong, dan orang yang bersikap sombong dalam hidupnya akan dipandang rendah oleh Allah di akhirat kelak.
Manfaat Kerendahan Hati dalam Kehidupan Sosial
Kerendahan hati, di sisi lain, memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sosial. Orang yang rendah hati lebih mudah diterima oleh orang lain karena ia tidak merasa lebih unggul atau lebih penting dari orang lain. Kerendahan hati juga membuka hati seseorang untuk menerima ilmu dan nasihat, karena ia tidak merasa tahu segalanya.
Di dalam masyarakat, orang yang tawadhu’ dapat membangun hubungan yang lebih harmonis, mengurangi konflik, dan meningkatkan solidaritas. Kerendahan hati menciptakan ikatan sosial yang kuat dan mempererat persaudaraan antar sesama, sesuai dengan ajaran Islam tentang ukhuwah (persaudaraan).
4. Kesimpulan: Sombong vs Kerendahan Hati dalam Etika Sosial Islam
Dalam Islam, kesombongan adalah sifat yang sangat dilarang, sedangkan kerendahan hati adalah sifat yang sangat dihargai. Sikap sombong mengarah pada kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat, sementara kerendahan hati membawa keberkahan dan meningkatkan hubungan sosial yang baik. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus senantiasa menjaga sikap hati kita agar tidak terjerumus ke dalam kesombongan, dan berusaha untuk selalu bersikap tawadhu’ terhadap sesama.
Dengan menumbuhkan sikap rendah hati, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan saling menghormati. Kerendahan hati bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang membawa kita lebih dekat kepada Allah dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik dalam interaksi sosial. Sebaliknya, kesombongan hanya akan merusak hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama.
Maka, marilah kita selalu berusaha untuk menghindari kesombongan dan senantiasa memperbaiki hati agar tetap rendah hati, sehingga kita dapat hidup dengan damai, bahagia, dan penuh berkah di dunia dan di akhirat. (DS)