Sisi Lain Pengguna KRL, Menghadapi Tantangan Modernisasi KRL Jabodetabek
|Sisi Lain Pengguna KRL, Menghadapi Tantangan Modernisasi KRL Jabodetabek
Perjuangan adalah kisah dari setiap pertempuran yang terjadi. Baik menghadapi diri sendiri di internal maupun di external, pastinya pro dan kontra selalu terjadi setelah kita dapat membaca tuntas buku ini. Bagaimana dengan pengguna KRL sendiri ? Apakah hal yang sama terjadi ? Buku yang membahas tentang Kisah Di Balik Modernisasi KRL Jabodetabek yang dalam bahasa Inggris berjudul, The Untold Story Of E-Ticketing, yang di terbitkan oleh Penerbit Buku KOMPAS. Membaca profil penulis, Mas Haryo Damardono dengan basic ilmu hukum dan juga jurnalis menjadi kisah tersendiri yang menarik di baca tuntas oleh saya. Terhitung seminggu waktu yang lama membaca karena di paksa dengan penasaran sekali baik di saat menunggu KRL di stasiun maupun di perjalanan KRL karena buku ini selalu saya bawa-bawa untuk segera di baca sampai habis.
PT KAI yang merupakan induk dari PT KCJ menjadi pelopor modenisasi transportasi publik di era digital ini. Banyak kisah perjuangan yang bisa di terapkan oleh operator lainnya di sektor transportasi laut, darat dan udara. Transportasi yang berbasis rel ini tidak saja menjadi tanggungjawab operator tetapi dalam banyak hal juga menjadi tanggungjawab bersama. Namun kesadaran masih minim akibat dari kurangnya wawasan pengetahuan dan pengalaman. Tapi serasa tidak lengkap jika tidak membahas modernisasi di Lintas Barat, mulai dari Cisauk, Cisayur, Parungpanjang, Cilejit, Daru, Tenjo, Tigaraksa, Cikuya, Maja, Citeras dan Rangkasbitung. Wilayah ini juga termasuk dalam Daerah Operasional 1 (Daop 1) PT KAI.
Pembatasan Penumpang KA Lokal Rangkasbitung
Berawal di pertengahan tahun 2011 menjelang di terapkan pembatasan penumpang KA Lokal Rangkasbitung – Angke. Banyak dari pengguna KA Lokal adalah para pedagang dan pekerja serta selebihnya di manfaatkan oleh anak sekolah. Kesemrautan di dalam KA Lokal ini bukan sesuatu yang mengherankan bagi siapa saja yang naik. Hal yang mendasar KA Lokal di batasi agar lebih tertib dan teratur. Memang itu maksud baik yang di sampaikan Humasda 1 PT KAI pada saat itu, akan tetap masyarakat hanya mengandalkan angkutan yang murah dan massal, biaya mahal jika menggunakan transportasi darat itupun harus melewati jalan yang rusak.
Komunikasi melalui Blackbarry dan SMS bahkan menelpon langsung saya lakukan baik dengan pengguna KA Lokal maupun dengan operator dan regulator kereta api terutama Kepala Stasiun Cilejit yang juga bertanggungjawab terhadapa Pos Daru. Tak terasa dalam hitungan 3 bulan tagihan matrix indosat saya membengkak hingga rata-rata satu juta rupiah. Selain itu saya bersama rekan lain juga mensosialisasikan melalui media sosial www.facebook.com/darustation. Memang semua komunikasi ada di genggaman saya. Sebagai seorang pekerja di sebuah bank asing terkemuka di Jakarta dan juga sebagai pengrajin batubata di Desa Daru untuk menggerakkan ekonomi masyarakat desa pada waktu itu. Memang pendekatan ke masyarakat akar rumput sudah sering saya lakukan di pedesaan di Desa Daru. Sebelumnya tinggal di Jakarta, karena merasa bahwa tanah leluhur itu penting, akhirnya bertetapan hati untuk kembali ke tanah nenek moyang di Desa Daru, Kec.Jambe, Kab.Tangerang.
Sosialisasi KRL Maja
Proses modernisasi KRL Lintas Barat di awal Tahun 2012 menjadi waktu yang tepat untuk saya melakukan sosialisasi melalui media sosial dan juga melalui penyebaran stiker. Jalan mudah itu tidak seperti membalikkan tangan. Banyak tantangan, rintangan dan ancaman yang justru ada di sekitar saya. Mereka merasa bahwa apa yang saya lakukan itu adalah tindakkan sok tau dan belagu. Tak heran jika media sosial Daru Station, hingga tiga kali di heck dan di jebol passwordnya.
Hal yang mengherankan ketika saya melakukan sosialisasi langsung di SMP, SMA dan SMK ada seorang oknum guru administrasi yang menantang saya, agar tidak perlu melakukan sosialisasi KRL karena mereka lebih tahu dan tindakkan itu juga di adukan ke Pak Kades Daru. Namun tantangan itu saya lawan dengan menantang oknum tersebut, bahwa saya lebih berhak dengan kemajuan desa ini, dengan menyebutkan satu persatu nenek moyang saya akhirnya oknum tersebut kabur dan menghilang di saat berfoto bersama dengan guru lainnya. Akhirnya ketika bertemu dengan Pak Kades Daru pasca pemblokiran KA Lokal, akhirnya Pak Kades Daru, paham bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk kemajuan Desa Daru khususnya dan umumnya buat Kecamatan Jambe hasil pemekaran Kecamatan Tigaraksa menjadi lebih maju.
Ada aksi dan ada reaksi, tentukan pembangunan beberapa stasiun menjadi kenyataan dengan pesat di lintas barat. Satu persatu stasiun telah di revitalisasi untuk segera menyambut KRL Maja ini nama yang diberikan oleh PT KCJ. Saya bersama warga Desa Daru menyongsong kehadiran KRL Maja dengan melakukan kegiatan bernama “Daru Green Station”, sebuah kegiatan bersama Kepala Desa Daru, Aparat Pemerintah Kabupaten Tangerang dan masyarakat desa melakukan penghijauan desa menanam pohon dengan mengundang Putri Indonesia 2011, Maria Selena.
Tentunya cara ini untuk mempermudah agar nama desa kami di kenal luas ke seluruh Indonesia. Kegiatan ini sebenarnya ingin saya lakukan di Stasiun Daru karena berhubungan bertepatan Hari Kereta Api pada bulan September 2012, namun ada penolakkan dari Humasda 1 PT KAI saat itu dan juga melalui Kepala Stasiun tidak mengijinkan acara tersebut diadakan di lingkungan stasiun yang memang pada saat itu sedang di bangun. Menjadi kekecewaan saya yang sangat besar, tapi Kades Daru saat itu Ayo Suharyo, memberikan semangat ke saya agar kegiatan sosialisaai diadakan di rumah beliau yang halamannya cukup luas. Aksi ini berhasil meminta Pemkab Tangerang melakukan betonisasi jalan di hampir seluruh desa di Kecamatan Jambe. Jalan bagi kami di desa itu penting untuk akses menuju Stasiun Daru. Memang dunia politik sangat melekat sekali di setiap kesempatan dan pikiran masyarakat, apa yang saya lakukan seperti ingin mencari keuntungan kelompok tertentu atau untuk kepentingan partai tertentu menurut pandangan beberapa tokoh desa karena apa yang saya lakukan adalah ikhlas buat kemajuan desa.
Tidak sedikit kocek yang telah saya keluarkan untuk kegiatan tersebut agar masyarakat dapat memahami sistem e-ticketing. Pengguna KRL di Stasiun Daru dapat meminta informasi apapun di medsos Daru Station. Memang saya hanya sedikit waktu bisa bertemu bersama pengguna KRL Stasiun Daru karena kesibukkan pekerjaan tetapi tidak menjadi halangan. Dimana setiap warga Desa Daru dan sekitarnya, bisa bertanya ke saya di medsos baik sarana dan prasarana. Waahh…mereka pikir saya adalah karyawan PT KAI ataupun PT KCJ. Bahkan minta informasi lowongan pekerjaan. Apa yang bisa saya bantu akan saya bantu dan ini merupakan peran masyarakat yang tertuang didalam UU Perkeretaapian No.23 Tahun 2007
Penghijauan atau Go Green, Gerakan Tertib dan Teratur
Komunitas Daru Station adalah kumpulan masyarakat pengguna KA di Stasiun Daru. Memang kegiatan rutin melalui medsos yang sempat ada Forum Komunitas yang berbasis Koperasi Desa, mencibir kegiatan kami. Kondisi secara nyata akan saya lakukan jika waktu memungkinkan seperti saat sosialisasi ke anak sekolah di SMP PGRI Daru pada Tahun 2013, adalah kegiatan sosial penanaman pohon di sekolah bertepatan Hari Bumi yang juga di hadari oleh Putri Indonesia 2013 untuk lingkungan hidup. Upaya ini tidak lain agar lebih memperjelas posisi Desa Daru melalui berita yang tersebar di media online dan surat kabar. Dengan cara ini agar anak-anak sekolah yang tidak pernah menaiki KRL dapat memahami penggunaannya. Karena dengan kegiatan penghijauan atau go green sebagai awal agar masyarakat selalu tertib dan teratur.
Kegiatan Daru Station selalu aktif hingga sekarang melakui aktifitas Komunitas Blogger TDB (taudariblogger). Tidak saja di Desa Daru beraktifitas akan tetapi di ibukota Jakarta, kami hadir selalu. Yang terakhir sekali di Stasiun Bogor, Komunitas Blogger TDB turut mensosialisasikan herittage bangunan stasiun dan juga kegiatan Workshop Doodle Kereta pada hari Minggu (22/1/2017) yakni kegiatan menggambar kereta dan stasiun. Hadir dan juga turut meresmikan kegiatan ini Kadaop 1 PT KAI, John Roberto Siahaan. Semua ini dilakukan juga sebagai sosialisasi bahwa beraktivitas di stasiun tanpa keluar dan kembali lagi ke stasiun keberangkatan melalui gate dan tap in serta out di tempat yang sama hanya Rp.3000 saja, ini hebatnya bahwa stasiun bisa sebagai tempat meeting atau pertemuan yang nyaman.
Harapan Buat E-Ticketing Untuk Masa Depan
Terima kasih juga kepada Corcom PT KCJ, Eva Chaerunisa yang telah memberikan buku yang bermanfaat ini, di mana tanpa tidak sengaja bertemu di ATM Center Stasiun Juanda. Setelah saya dan Komunitas Blogger TDB serta Komunitas KRL bertemu Direksi Bisnis Parkir PT Reska, Edi Suryanto pada hari Rabu (18/1/2017) sebagai bagian komunikasi bersama agar terus mendukung pelayanan yang baik bagi pengguna KRL yang juga terlayani e-ticketing di loket parkir. Peran serta keberhasilan e-ticketing juga menjadi tugas bersama seluruh masyarakat pengguna KRL dan menyambut 1,2 juta pengguna KRL pada tahun 2019.
Harapan saya agar denda PINALTI saat gate out di hapuskan karena sering kali saat menggunakan e-ticketing tertukar dengan kartu yang lainnya. Jika ini terlaksana menjadi sukses bersama tanpa ada yang di rugikan karena semua pengguna KRL telah mendukung modernisasi e-ticketing KRL Jabodetabek.