Sabar dan Syukur: Dua Sayap Keimanan
|📅 Sabtu, 11 Oktober 2025
📍 Bersama orang-orang yang istiqamah
> Bismillahirrahmanirrahim… Allahumma aibihin wabariklana ajma’in… Allahumma rabbal ‘alamin, muslimin wal muslimat… amin ya rabbal ‘alamin.

—
🌸 Saat Nikmat Diberikan, Apakah Kita Bersyukur?
Alhamdulillah, puji syukur atas segala nikmat Allah. Tapi pernahkah kita merenung, apakah saat nikmat dibuka — kita semakin dekat kepada-Nya, atau justru semakin lalai?
Allah berfirman dalam Surat Saba’ ayat 19:
> وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 19)
Nikmat Allah tidak selalu berupa harta. Kadang ia hadir dalam bentuk waktu untuk belajar, teman yang menasihati, atau hati yang masih mau mendengar kebenaran.
Namun, manusia sering lupa: ketika hidup mudah, ia lupa bersyukur; ketika sulit, ia lupa bersabar.
—
💧 Agama: Dua Sisi yang Tak Terpisahkan
Ulama menjelaskan bahwa agama ini berdiri di atas dua tiang besar: sabar dan syukur.
Keduanya seperti dua sayap. Bila satu patah, maka keseimbangan hidup akan hilang.
Sabar terbagi menjadi tiga jenis:
1. Sabar dalam menjalankan ketaatan.
2. Sabar dalam menjauhi maksiat.
3. Sabar ketika menghadapi musibah.

Sebagian ulama berkata, sabar menghadapi musibah justru yang paling mudah, karena tidak ada pilihan lain selain bersabar.
Namun sabar dalam taat dan menjauhi maksiat lebih berat — sebab di situ ada pilihan dan perjuangan.
—
📖 Kisah Kesabaran Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
Nabi Yusuf adalah teladan indah bagi orang-orang yang bersabar.
Beliau diuji tanpa pilihan: dibuang ke sumur oleh saudaranya, dijual sebagai budak, dipisahkan dari ayahnya, lalu difitnah oleh istri Al-Aziz. Semua terjadi tanpa kuasa untuk menolak.
Namun beliau tetap tenang, tidak menyalahkan siapa pun, dan berserah kepada Allah.
Sabar Nabi Yusuf bukan hanya dalam musibah, tapi juga dalam menahan diri dari maksiat.
Ketika godaan datang, beliau berkata:
> مَعَاذَ اللّٰهِ
“Aku berlindung kepada Allah.” (QS. Yusuf: 23)
Inilah sabar sejati — menahan diri dari keinginan yang salah meski ada kesempatan.
—
🌙 Melaksanakan Perintah Lebih Berat dari Menjauhi Larangan
Para ulama menegaskan:
Mengerjakan perintah Allah lebih utama daripada sekadar menjauhi larangan.
Iblis dihukum karena tidak menjalankan perintah sujud, sedangkan Nabi Adam dihukum karena melanggar larangan.
Dari sini kita belajar, meninggalkan perintah lebih berbahaya daripada melakukan larangan, karena perintah adalah tujuan penciptaan: ibadah kepada Allah.
Larangan hadir agar kita bisa melaksanakan perintah dengan sempurna. Orang yang mabuk misalnya, tidak bisa beribadah. Maka larangan itu menjaga ibadah tetap utuh.
—
🕌 Refleksi Diri: Sabar di Jalan Ketaatan
Sabar dalam ketaatan itu sulit — bahkan lebih sulit dari sekadar menahan diri.
Contohnya, saat kehilangan pekerjaan (PHK), mungkin hati berkata: “Bagaimana bisa hidup dari yang halal, yang haram saja susah?”
Namun sabar berarti tetap berusaha mencari rezeki yang halal, tetap shalat, tetap menjaga kejujuran.
Karena sabar bukan hanya diam, tapi berjuang dengan tenang.
> وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
—
💬 Penutup: Antara Sabar, Syukur, dan Harapan
Ketika hidup terasa sempit, ingatlah bahwa Allah sedang mendidik, bukan menghukum.
Ketika nikmat datang, bersyukurlah dengan amal, bukan hanya dengan kata.
Sabar dan syukur adalah tanda cinta Allah bagi hamba-Nya — karena keduanya selalu membawa kita kembali kepada-Nya.
—
🤲 Doa Penutup
> اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ وَالشَّاكِرِينَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ تَرْضَى عَنْهُمْ. آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang sabar dan bersyukur. Teguhkan hati kami di atas agama-Mu, dan jadikan kami hamba-hamba-Mu yang Engkau ridai. Amin ya Rabbal ‘alamin.”

—
🌺 Mari kita hidupkan kembali rasa syukur dalam nikmat dan kesabaran dalam ujian, karena dua hal inilah yang menjadi tanda kebijaksanaan dan kedewasaan iman.