Reaktivasi Jalur KA Rangkasbitung–Pandeglang: Rel Kehidupan yang Kembali Berdenyut

Serang, Banten — Setelah bertahun-tahun menjadi jejak sunyi di antara sawah dan pemukiman warga, jalur kereta api Rangkasbitung–Pandeglang akan kembali diaktifkan. Pemerintah Provinsi Banten bersama Kementerian Perhubungan dan PT KAI telah mengumumkan bahwa penertiban lahan akan dimulai tahun depan, sebagai langkah awal menuju reaktivasi penuh yang ditargetkan rampung pada 2029.

Kepala Dinas Perhubungan Banten, Tri Nurtopo, menyampaikan bahwa proses ini bukanlah pembebasan lahan, melainkan penertiban. “Tanahnya milik kereta api, hanya saja dipakai masyarakat. Jadi harus dikembalikan,” ujarnya dalam konferensi pers di Kota Serang. Rabu (17/9/2025)


🕰️ Sejarah Jalur KA Rangkasbitung–Pandeglang: Dari Kolonial Hingga Terlupakan

Jalur ini bukan sekadar rel besi—ia menyimpan sejarah panjang sejak era kolonial Belanda. Dibangun oleh perusahaan Staatsspoorwegen (SS), jalur ini mulai beroperasi pada 18 Juni 1906, menghubungkan Rangkasbitung hingga Labuan, melewati Pandeglang dan Menes. Pada masa pendudukan Jepang, percabangan ke Bayah dibangun melalui Stasiun Saketi, menggunakan tenaga romusha untuk mengangkut batu bara.

Pada era 1920-an hingga 1950-an, jalur ini mencapai masa kejayaannya:

  • Terdapat 5 perjalanan pulang-pergi setiap hari.
  • Stasiun Labuan dan Menes menjadi titik sibuk, melayani hingga 136 ribu penumpang per tahun dan ribuan ton barang.
  • Kereta digunakan untuk mengangkut ikan dari Labuan ke Jakarta, dan garam dari Tanah Abang ke Labuan.

Namun, sejak 1978, jumlah perjalanan menurun drastis. Hanya satu perjalanan PP tersisa, menggunakan lokomotif B5138 atau BB1005. Akhirnya, pada 1 Januari 1984, jalur ini resmi ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Rel pun terbengkalai, sebagian tertutup oleh halaman warga, sekolah, dan fasilitas umum.

Kini, jalur ini akan dihidupkan kembali untuk mendukung akses menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Panimbang dan pariwisata pesisir barat Banten.


🎙️ Suara dari Darustation: Dokumentasi, Dialog, dan Dedikasi

Komunitas Darustation, yang aktif mendokumentasikan dinamika transportasi dan sosial di wilayah Pandeglang, menyambut reaktivasi ini dengan semangat. Dalam pernyataan mereka:

“Rel ini bukan sekadar infrastruktur. Ia adalah penghubung sejarah, ekonomi lokal, dan harapan warga. Kami berharap proses penertiban dilakukan dengan pendekatan humanis, menghormati ruang hidup warga, dan membuka ruang dialog.”

Darustation juga menekankan pentingnya pelibatan komunitas dalam proses reaktivasi, termasuk dokumentasi, edukasi publik, dan kampanye visual yang mengangkat nilai-nilai lokal.


✍️ Refleksi Mohamad Sobari: Rel Kehidupan dan Jejak Warga

Sebagai penggerak komunitas, kreator visual, dan pendokumentasi sosial, Mohamad Sobari turut memberikan refleksi mendalam:

“Reaktivasi ini adalah momentum. Tapi rel kehidupan tidak boleh menghapus jejak warga yang telah hidup di atasnya. Kita perlu pendekatan yang lembut, kolaboratif, dan penuh empati. Saya membayangkan kereta melaju pelan di antara sawah Pandeglang, membawa anak sekolah, pedagang kecil, dan harapan baru.”

Sobari juga mengajak komunitas untuk aktif dalam kampanye visual, edukasi lingkungan, dan narasi spiritual yang mengiringi transformasi ruang publik ini. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kearifan lokal.


💬 Harapan Warga Banten dan Sekitarnya

Di berbagai titik sepanjang jalur lama, warga menyampaikan harapan mereka:

  • Ibu Siti, pedagang sayur di Pandeglang: “Kalau kereta aktif lagi, saya bisa kirim dagangan ke Rangkasbitung lebih cepat. Semoga nggak mahal tiketnya.”
  • Pak Deni, guru SD di Menes: “Anak-anak bisa belajar tentang sejarah dan transportasi. Rel ini bukan cuma besi, tapi cerita.”
  • Komunitas pemuda di Cikeusik: “Kami ingin ikut bantu dokumentasi dan edukasi. Ini kesempatan untuk belajar dan berkontribusi.”

Banyak warga berharap agar proyek ini tidak hanya fokus pada fisik rel, tapi juga pada nilai sosial dan budaya yang menyertainya. Mereka ingin dilibatkan, didengar, dan diberi ruang untuk berpartisipasi.


📌 Menuju 2029: Kolaborasi, Dokumentasi, dan Harapan

Dengan target reaktivasi pada 2029, lima tahun ke depan akan menjadi fase penting: penertiban lahan, kajian sosial, pembangunan fisik, dan edukasi publik. Komunitas seperti Darustation dan para kreator lokal memiliki peran strategis dalam memastikan bahwa rel ini bukan hanya menghubungkan kota, tapi juga menyatukan hati.

Rel lama, harapan baru. Mari bergerak bersama.

Add a Comment