Pokona Ulah Kumaha Anke Tapi Kudu Engke Kumaha.

Filosofi Sunda tentang Ketenangan dan Tanggung Jawab Masa Depan

Oleh: Mohamad Sobari

Di tengah dunia yang semakin cepat, bising, dan penuh tekanan, kita sering kali merasa harus segera bertindak. Seolah-olah diam itu salah, dan menunda itu lemah. Tapi budaya Sunda mengajarkan hal yang berbeda—lebih lembut, lebih dalam, dan lebih bijak.

Salah satu ungkapan yang mencerminkan falsafah hidup orang Sunda adalah:
 🌿 “Pokona ulah kumaha anke tapi kudu engke kumaha.”
Artinya: “Pokoknya jangan gimana-gimana dulu, tapi nanti harus gimana.”

Ungkapan ini bukan sekadar permainan kata. Ia adalah cermin dari cara berpikir orang Sunda: tenang, penuh pertimbangan, tapi tetap bertanggung jawab terhadap masa depan.


🧘‍♂️ Tenang Dulu, Jangan Gegabah

Bagian pertama dari ungkapan ini—“Pokona ulah kumaha anke”—mengandung ajaran penting:
Jangan terburu-buru. Jangan panik. Jangan asal bertindak.

Dalam kehidupan sosial, ini berarti:

  • Jangan mengambil keputusan saat emosi belum stabil.
  • Jangan bertindak hanya karena tekanan atau desakan.
  • Beri ruang untuk berpikir jernih dan memahami situasi.

Dalam budaya Sunda, sikap ini disebut “ngajaga rasa”—menjaga perasaan, menjaga suasana, menjaga hubungan. Orang Sunda percaya bahwa ketenangan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Diam bukan berarti tidak tahu, tapi sedang menimbang.


🛤 Tapi Jangan Diam Terus: Harus Ada Arah

Bagian kedua—“Tapi kudu engke kumaha”—adalah penyeimbangnya.
Tenang itu perlu, tapi arah juga penting.

Ini adalah ajakan untuk:

  • Tidak pasif atau membiarkan keadaan tanpa solusi.
  • Menyusun strategi dan rencana untuk masa depan.
  • Menunda tindakan, tapi tidak menunda tanggung jawab.

Dalam falsafah Sunda, ini disebut “ngukur lampah”—mengukur langkah, berpikir sebelum bertindak, tapi tetap melangkah. Orang Sunda diajarkan untuk tidak asal jalan, tapi juga tidak tinggal diam. Ada waktu untuk menahan diri, dan ada waktu untuk bergerak.


⚖️ Keseimbangan yang Bijak: Hikmah Sunda yang Relevan

Ungkapan ini mengajarkan keseimbangan antara sabar dan tanggung jawab.
Orang Sunda percaya bahwa:

“Menunda tindakan bukan berarti menunda tanggung jawab.”
“Tenang itu bijak, tapi arah itu tanggung jawab.”

Nilai ini sangat relevan dalam konteks komunitas, organisasi, dan kehidupan pribadi. Cocok untuk pemimpin, penggerak sosial, dan siapa pun yang ingin membangun masa depan dengan bijak dan beretika.


🌱 Bahasa Sunda: Bukan Sekadar Bahasa, Tapi Jalan Hidup

Bahasa Sunda bukan hanya alat komunikasi. Ia adalah jalan hidup, warisan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter masyarakatnya.

Ungkapan seperti ini mencerminkan:

  • Kelembutan dalam menyampaikan pesan
  • Kebijaksanaan dalam menghadapi masalah
  • Keharmonisan antara hati, pikiran, dan tindakan

Filosofi Sunda mengajarkan kita untuk berpikir jernih, menjaga hubungan, dan bertindak dengan penuh pertimbangan. Dalam dunia yang serba cepat, nilai-nilai ini menjadi penyeimbang yang sangat dibutuhkan.


✨ Refleksi untuk Kita Semua

Ungkapan “Pokona ulah kumaha anke tapi kudu engke kumaha” bisa menjadi:

  • Prinsip kerja dalam komunitas
  • Tema kampanye sosial
  • Inspirasi visual dan musikal
  • Materi edukasi budaya

Ia mengandung pesan yang dalam:

  • Jangan gegabah sekarang, tapi jangan lupa pikirkan nanti.
  • Tenang itu bijak, tapi arah itu tanggung jawab.
  • Bahasa Sunda bukan hanya alat komunikasi, tapi juga warisan nilai-nilai luhur.

Mari kita rawat filosofi ini. Mari kita hidupkan dalam karya, dalam komunitas, dan dalam cara kita mengambil keputusan.
Karena dalam ketenangan, ada kekuatan. Dan dalam arah, ada harapan. (ds)

Add a Comment