Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal: Menyatukan Langit dan Bumi Melalui Shalat
|Pada 27 Rajab 1446 H, Masjid Istiqlal Jakarta menggelar peringatan Isra Miraj dengan tema “Membumikan Langit”. Acara ini menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka seperti Prof. Quraish Shihab, Habib Husein bin Jafar, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. H. Nazarudin Umar. Peringatan ini bertujuan untuk menggugah umat Islam dalam memperkuat hubungan mereka dengan Allah melalui shalat sebagai sarana spiritual yang menghubungkan langit dan bumi.
Isra Miraj: Perjalanan Agung Nabi Muhammad SAW
Isra Miraj merupakan perjalanan luar biasa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam, dimulai dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh (Miraj). Peristiwa ini digambarkan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Isra, ayat 1:
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
(QS. Al-Isra: 1)
Kata subhana (Maha Suci) dalam ayat ini menegaskan bahwa Isra Miraj adalah mukjizat yang menunjukkan kebesaran Allah. Selain itu, kata abdihi (hamba-Nya) mengandung tiga makna penting:
- Hamba tidak memiliki apa pun.
- Hamba melaksanakan tugas atas perintah Allah.
- Hamba menjadi sarana untuk menjalankan tugas mulia yang Allah amanahkan.
Shalat: Tanda Pengabdian dan Komunikasi dengan Allah
Salah satu momen penting dalam Isra Miraj adalah dialog Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa AS mengenai kewajiban shalat. Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan dari Allah agar kewajiban shalat yang semula 50 waktu, dikurangi menjadi 5 waktu sehari semalam. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman tentang pentingnya shalat:
“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
(QS. Taha: 14)
Proses pengurangan ini menunjukkan pentingnya musyawarah dan perhatian Allah terhadap keterbatasan umat-Nya. Shalat yang diwajibkan sebanyak 5 waktu sehari semalam menjadi jembatan spiritual antara manusia dengan Allah.
Shalat sebagai Sarana Menyambung Hubungan dengan Allah
Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa perjalanan Isra menggambarkan hubungan horizontal antar sesama manusia, sementara Miraj merupakan perjalanan vertikal, yaitu hubungan langsung antara hamba dengan Allah. Shalat menjadi sarana yang menghubungkan keduanya. Firman Allah dalam Al-Qur’an tentang keutamaan shalat adalah:
“Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sungguh, mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya).”
(QS. Al-Ankabut: 45)
Shalat bukanlah sekadar kewajiban formalitas, melainkan kesempatan untuk berdialog langsung dengan Allah. Menurut Prof. Quraish, “Shalat itu kebutuhan, bukan beban.”
Habib Husein bin Jafar juga menambahkan bahwa shalat adalah hadiah terbesar dari Allah bagi umat manusia. “Sajadah panjang bukan sekadar alas untuk ibadah, tetapi juga tempat untuk membangun kedekatan dengan Allah,” ujarnya.
Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW
Peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril, yang terjadi selama perjalanan Miraj, memiliki makna simbolis yang dalam. Prof. Nazarudin Umar menjelaskan bahwa ini melambangkan penyucian hati Nabi Muhammad agar dapat menerima wahyu dan menjalankan tugas sebagai pembawa risalah Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?”
(QS. Al-Insyirah: 1)
Momen ini juga mengingatkan umat Islam akan pentingnya keikhlasan dan kesucian hati dalam melaksanakan perintah Allah, terutama dalam shalat.
Pesan Utama Isra Miraj: Menyatukan Langit dan Bumi
Isra Miraj mengandung pesan yang relevan untuk umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
- Kesucian Hati dan Keikhlasan
Perjalanan Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat untuk menyucikan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. - Musyawarah dan Toleransi
Dialog antara Nabi Muhammad dan Nabi Musa AS menjadi bukti pentingnya musyawarah dalam Islam dalam menyelesaikan permasalahan. - Shalat sebagai Sarana Perubahan Diri
Shalat bukan sekadar ritual, tetapi sarana untuk meningkatkan kualitas spiritual dan memperbaiki perilaku, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Penutup: Shalat sebagai Jembatan antara Langit dan Bumi
Ketiga pembicara sepakat bahwa Isra Miraj mengajarkan umat Islam untuk menyelaraskan kehidupan spiritual dan kehidupan duniawi. Firman Allah dalam Al-Qur’an mengingatkan kita:
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)
Habib Husein bin Jafar menutup acara dengan pesan penting: “Membumikan langit berarti membawa nilai-nilai Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ke dalam kehidupan sehari-hari. Shalat yang efektif adalah shalat yang menghasilkan perilaku baik dan amal nyata.”
Peringatan Isra Miraj ini mengingatkan umat untuk menjadikan shalat sebagai dasar perubahan diri dan masyarakat, menciptakan harmoni antara langit dan bumi, serta mewujudkan dunia yang lebih baik melalui kebaikan dan kedekatan dengan Allah. (DS)