Pengendalian Nafsu dan Akhlak dalam Islam: Hikmah Kajian Al-Hikam oleh Aa Gym

Kajian Al-Hikam oleh Aa Gym di Masjid Alatief Pasaraya Blok M memberikan pelajaran berharga tentang pengendalian nafsu, pentingnya akhlak, dan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berikut adalah rangkuman yang menarik dan mudah dipahami tentang poin-poin penting dari kajian ini:

Kajian Al Hikam, Masjid Alatief

Berbaik Sangka dan Mengendalikan Lisan

Salah satu kunci untuk menjalani kehidupan yang mulia adalah kebiasaan berbaik sangka terhadap orang lain dan berbicara tentang kebaikan mereka. Allah mencintai hamba-Nya yang menjaga lisannya dari ucapan buruk. Sebaliknya, hidup yang penuh masalah sering disebabkan oleh buruknya akhlak, lemahnya jiwa, dan kurangnya pemahaman agama.

Allah SWT berfirman: “Yā ayyuhallažiīna āmanujtanibū kaṣīraḥ minaẓ-ẓanni inna ba’ḍaẓ-ẓanni iṣmun wa lā tajassasū wa lā yagtab ba’ḍukum ba’ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fakarihṭumuḥ, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm.”

Terjemahan: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Pengendalian Nafsu: Bukan Menghilangkan, tetapi Mengendalikannya

Allah menciptakan nafsu sebagai ujian bagi manusia. Namun, nafsu tidak untuk dihilangkan, melainkan untuk dikendalikan. Hal ini membutuhkan mujahadah, yaitu usaha keras untuk melawan kecenderungan buruk dalam diri.

Allah SWT berfirman: “Wamā ubarriu nafsī, inna an-nafsa la-ammaratun bis-sūi illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafūrun raḥīm.”

Terjemahan: “Dan aku tidak (pula) membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sungguh, Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)

Tanpa semangat untuk mengendalikan nafsu, seseorang akan terjebak dalam masalah hidup, seperti sifat malas, cinta dunia yang berlebihan, dan kecenderungan melakukan dosa.

Akhlak Orang Bertakwa

Orang bertakwa memiliki sifat-sifat luhur yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Allah SWT berfirman: “Alladzīna yunfiqūna fis-sarā‘i waḍ-ḍarrā‘i wal-kāẓimīnal-ghaiza wal-‘āfīna ‘anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn.”

Terjemahan: “(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Dari ayat ini, kita diajarkan untuk:

  1. Menahan amarah.
  2. Memaafkan kesalahan orang lain.
  3. Membalas keburukan dengan kebaikan.

Bahaya Nafsu Syahwat dan Pandangan Mata

Nafsu syahwat adalah ujian besar bagi manusia, terutama bagi laki-laki. Dalam Al-Qur’an, Allah mengisahkan tentang Nabi Yusuf yang digoda oleh Zulaikha. Kisah ini menjadi pelajaran penting tentang menjaga pandangan dan hati dari hal-hal yang tidak halal.

Pandangan terhadap yang tidak halal dapat merusak hati, sementara yang halal harus dipandang dengan rasa syukur.

Nafsu dalam Kehidupan Sehari-hari

Nafsu seringkali memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti:

  1. Makanan: Pastikan makanan yang dikonsumsi adalah halalan thayyiban.
  2. Konsumtif: Hindari belanja berlebihan, termasuk belanja online.
  3. Ibadah berlebihan tanpa ilmu: Segala sesuatu harus dilakukan dengan seimbang sesuai syariat.

Cinta Dunia dan Akibatnya

Cinta dunia yang berlebihan adalah akar dari banyak masalah. Orang yang malas membaca Al-Qur’an, misalnya, akan kehilangan petunjuk dan kebahagiaan sejati. Kebiasaan ini berawal dari nafsu yang tidak terkendali.

Jamaah Masjid Alatief, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan

Kesimpulan

Pengendalian diri dan nafsu adalah kunci menuju ketakwaan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat. Allah mencintai hamba-Nya yang mampu menahan amarah, memaafkan, dan berbuat kebaikan kepada orang lain.

Kajian ini mengingatkan kita untuk:

  1. Selalu berusaha memperbaiki diri.
  2. Menjaga akhlak dengan menjauhi prasangka buruk dan ghibah.
  3. Mengendalikan nafsu syahwat dan cinta dunia yang berlebihan.

Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, kita dapat menjadi pribadi yang bertakwa dan dicintai oleh Allah SWT. Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkan ajaran-ajaran ini. Wallahu a’lam.

Add a Comment