Palestina: Sebuah Perjuangan yang Tak Pernah Usai

Oleh: Mohamad Sobari – Darustation

Palestina bukan sekadar tempat. Ia adalah luka yang masih menganga. Ia adalah rumah yang diruntuhkan, tanah yang dirampas, pohon zaitun yang dibakar, dan anak-anak yang tumbuh dengan suara drone di atas kepala mereka.

Konflik antara Palestina dan Israel bukan sekadar perang. Ia adalah penjajahan modern yang sudah berlangsung lebih dari 75 tahun. Dan perjuangan rakyat Palestina bukan sekadar perlawanan bersenjata, tapi juga perjuangan untuk hidup sebagai manusia merdeka.

Free Palestine

Mengapa Palestina Dijajah?

Semuanya bermula pada tahun 1948, saat negara Israel secara sepihak dideklarasikan di tanah Palestina, didukung oleh Inggris dan kekuatan besar dunia pasca-Perang Dunia II. Dalam peristiwa yang disebut Nakba (malapetaka), lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari rumah mereka, menjadi pengungsi di tanah sendiri, bahkan sampai hari ini.

Sejak itu, Palestina terus dipaksa menyerah. Tapi mereka tidak pernah berhenti.

Perjuangan Palestina: Bukan Hanya Soal Hamas

Hari ini, setiap kali Palestina melawan, dunia langsung bertanya: “Apakah ini ulah Hamas?”

Padahal, perjuangan Palestina tidak dimulai dan tidak akan berakhir dengan Hamas. Perlawanan sudah ada bahkan sebelum Hamas lahir. Dari Yasser Arafat dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), hingga para pemuda di Tepi Barat yang melawan dengan batu, dan ibu-ibu yang berdiri menghadang buldoser Israel di kamp pengungsian.

Hamas hanyalah salah satu bentuk perlawanan. Mereka lahir tahun 1987, saat rakyat Gaza bangkit dalam Intifada melawan penjajahan. Ya, mereka memang membawa senjata. Tapi jangan lupa: senjata bukan sebab, melainkan akibat.

Akibat dari dinding pemisah. Akibat dari blokade. Akibat dari 16 tahun hidup di penjara terbuka bernama Gaza.

Kenapa Palestina Melawan?

Karena mereka lelah dijajah. Karena mereka muak dipaksa memilih antara diam atau mati. Karena dunia sibuk berunding, tapi rumah mereka tetap hancur.

Mereka melawan karena ingin:

  • Pulang ke rumah mereka di Haifa, Jaffa, dan Akka
  • Bebas bergerak di tanah sendiri tanpa checkpoint Israel
  • Membesarkan anak tanpa bom fosfor putih
  • Memiliki paspor Palestina yang diakui dunia
  • Hidup, bukan hanya bertahan

Dunia Mendukung Palestina, Tapi Diam Saat Dibom

Di media sosial, dukungan untuk Palestina luar biasa. Tapi di meja-meja diplomasi, suara mereka sering tenggelam.

  • AS dan Eropa terus mempersenjatai Israel.
  • Negara-negara Arab banyak yang memilih diam atau pura-pura netral.
  • Indonesia dan negara-negara Global South masih bersuara keras, tapi sering tak cukup kuat untuk menghentikan penjajahan.

Yang paling menyakitkan adalah: dunia hanya bersimpati saat anak-anak Palestina mati. Tapi saat mereka hidup dan melawan, dunia menyebut mereka teroris.

Perlawanan dari Gaza, Tepi Barat, hingga Yaman dan Lebanon

Palestina tidak sendiri. Meski tak semua dukungan ideal, tapi mereka tetap ada:

  • Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza melawan dari bawah tanah.
  • Rakyat Tepi Barat melawan dengan demonstrasi dan batu.
  • Hizbullah (Lebanon) dan Houthi (Yaman) melawan Israel secara regional, mengklaim solidaritas.
  • Di Suriah, kelompok seperti Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) juga menggunakan narasi pembebasan Al-Quds.
  • Di jalan-jalan Eropa, Amerika, hingga Indonesia, jutaan turun ke jalan membawa satu suara: Free Palestine!

Tapi tetap saja, darah yang mengalir paling banyak adalah darah rakyat sipil Palestina.

Kenapa Mereka Hanya Disebut “Kelompok”, Bukan Negara?

Hamas, Hizbullah, HTS, Houthi, Jihad Islam — semua itu bukan negara. Kenapa?

Karena negara mereka dihancurkan. Karena mereka terpaksa mengambil alih peran yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah yang tak lagi berfungsi atau tidak punya kekuasaan.

Mereka bukan ormas biasa. Mereka adalah buah pahit dari ketimpangan global dan pengkhianatan politik. Mereka berdiri saat dunia Arab sibuk menjaga kursi kekuasaan dan lupa bahwa ada saudara di Gaza yang kelaparan.

Suara Dari Darustation: Jangan Bungkam Nurani Kita

Tokoh kemanusiaan Mohamad Sobari dari Darustation pernah bilang:

Kalau kamu tanya, siapa yang salah, maka tanya dulu: siapa yang dijajah? Kalau kamu bingung siapa harus dibela, lihat siapa yang kehilangan rumah, bukan siapa yang punya jet tempur.

Menurut beliau, perjuangan Palestina bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua manusia yang masih punya hati nurani. Dan Indonesia, sebagai negara yang pernah dijajah, wajib berpihak pada yang tertindas.

Indonesia: Amanat Konferensi Asia Afrika Belum Usai

Indonesia punya sejarah panjang mendukung Palestina, sejak era Bung Karno. Kita bahkan belum pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Tapi perjuangan belum selesai. Hari ini, saat Gaza diblokade, Indonesia bisa:

  • Mendorong PBB untuk hentikan veto pro-Israel
  • Menjadi juru damai dan penengah dunia Islam
  • Menggerakkan diplomasi kemanusiaan, bukan hanya pernyataan media
  • Mendidik generasi muda agar sadar bahwa Palestina adalah cermin harga diri umat

Palestina Tak Butuh Kita Jadi Pahlawan, Tapi Teman Seperjuangan

Palestina tidak meminta kita mengangkat senjata. Mereka hanya ingin diperlakukan setara. Mereka ingin hidup tanpa dijajah. Dan yang mereka butuhkan dari kita hari ini adalah:

  • Doa yang tulus
  • Dukungan yang konsisten
  • Edukasi yang jujur
  • Aksi nyata: boikot, donasi, advokasi

Jangan biarkan sejarah ditulis oleh penjajah. Jadilah bagian dari sejarah perjuangan ini.

Dari Darustation, untuk Palestina. Merdeka bukan mimpi, tapi hak. (ds)

Add a Comment