Muhasabah dan Niat yang Lurus
|Kajian Qiyamullail Bulanan Masjid Istiqlal
Tema: Muhasabah Diri di Tengah Sunyi Malam
Hari/Tanggal: Kamis–Jumat, 19–20 Juni 2025
Tempat: Masjid Istiqlal, Jakarta
Penceramah: KH. Bukhori Sail At‑Tahiri, Lc., M.A.

Dalam Mau’izhoh Hasanah malam itu, KH. Bukhori Sail menyampaikan pesan-pesan penting:
1️⃣ Manusia dan Takdirnya
“Kita ini milik Allah, bukan pemilik dunia. Kita hanya diberi waktu sebentar untuk membuktikan: apakah kita memilih jalan yang Allah ridhai atau jalan yang Allah murkai.”
Beliau menekankan bahwa hidup adalah perjalanan menuju akhirat. Semua yang kita lakukan hari ini akan dihitung dan dimintai pertanggungjawaban kelak.
2️⃣ Hisab Akan Pasti, Maka Muhasabah Harus Dimulai
KH. Bukhori mengutip ucapan Sayyidina Umar bin Khattab:
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”
Kita diajak menghitung:
Sudah berapa banyak waktu yang terbuang?
Apakah amal kita bernilai atau hanya rutinitas kosong?
Apakah kita sudah memperbaiki niat sebelum beramal?
3️⃣ Niat Adalah Ruh Amal
“Semua tergantung niat. Orang bisa kelihatan beramal, tapi hanya Allah yang tahu isi hatinya. Jika niat karena Allah, walau kecil, akan jadi besar. Tapi jika karena manusia, walau besar, akan hampa.”
Beliau menasihati jamaah untuk selalu bertanya sebelum beramal:
“Untuk siapa aku melakukan ini?”
4️⃣ Qiyamullail: Waktu Terbaik Membersihkan Jiwa
KH. Bukhori menggambarkan betapa istimewanya Qiyamullail:
Malam adalah saat sunyi
Saat semua orang tertidur, Allah membuka pintu rahmat-Nya
Doa dan istighfar saat itu sangat mustajab
Beliau mengutip hadits:
“Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Dia berkata: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku kabulkan. Siapa yang meminta ampun, maka Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5️⃣ Taubat dan Perubahan
KH. Bukhori mengingatkan pentingnya:
Menyesali kesalahan
Berhenti dari dosa
Berjanji tidak mengulanginya
“Nabi Muhammad ﷺ saja beristighfar 100 kali sehari. Maka siapa kita yang merasa tidak berdosa?”
6️⃣ Jangan Sibuk Menilai Orang, Lupakan Pujian
“Allah tidak menilai baju, bahasa, atau pengaruh kita. Allah hanya menilai hati dan amal kita. Maka jangan sibuk menilai orang lain. Sibukkan diri memperbaiki diri.”

🌄 Penutup dan Pesan Kebaikan
Pagi menjelang. Para jamaah menutup malam panjang itu dengan shalat Subuh berjamaah. Tidak sedikit dari mereka yang menitikkan air mata. Bukan karena lelah, tapi karena sadar: Allah masih memberi kesempatan untuk berubah.
KH. Bukhori menutup ceramahnya dengan seruan:
“Mari kita jaga malam-malam kita, walau hanya dengan istighfar. Hidupkan jiwa dengan muhasabah. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tapi Allah mencintai yang terus memperbaiki diri.”
📌 Kesimpulan:
Kegiatan Qiyamullail Bulanan ini bukan sekadar ibadah malam, tapi refleksi mendalam tentang siapa kita dan ke mana kita menuju.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang senantiasa menjaga hati, meluruskan niat, dan istiqamah dalam memperbaiki diri.
Wallahu a’lam bish-shawab.
