Makna Peribahasa Sunda: “Ulah Serakah Jeung Ulah Dhalim”

Peribahasa Sunda “Ulah serakah jeung ulah dhalim, sabab kabagjaan moal langgeng jeung tungtungna moal berkah” mengandung pesan mendalam tentang pentingnya menjalani hidup dengan kebijaksanaan. Nasihat ini mengingatkan kita untuk tidak mengejar keinginan pribadi dengan mengabaikan hak orang lain atau berbuat zalim. Peribahasa ini menekankan bahwa keberhasilan yang diraih melalui keserakahan dan kezaliman tidak akan membawa kebahagiaan sejati, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar kita.

Makna yang Lebih Dalam

Keserakahan adalah sifat tidak pernah puas, selalu menginginkan lebih tanpa memikirkan dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain. Sementara kezaliman adalah tindakan menyakiti atau merugikan orang lain demi keuntungan pribadi, yang sering kali menghancurkan hubungan sosial, moral, dan kedamaian batin.
Sebanyak apapun kekayaan atau kekuasaan yang diperoleh melalui jalan ini, semuanya tidak akan membawa kebahagiaan sejati ataupun keberkahan.

Seperti pepatah nenek moyang Sunda lainnya:
“Harta banda ngan ukur titipan, ulah ngalakukeun nu salah sabab tungtungna kudu dipertanggungjawabkeun.”
Ini mengingatkan bahwa harta yang diperoleh dengan cara tidak benar tidak akan bermanfaat di akhirat. Bahkan, selama masih hidup, harta itu dapat menjadi sumber penderitaan.

Manfaat dari Memahami Peribahasa Ini

  1. Menjaga Moralitas
    Nasihat ini membantu kita hidup dengan moral tinggi, menjauhi sifat serakah dan zalim. Dengan menjaga kemurnian hati, kita akan lebih dihormati oleh orang lain.
  2. Hidup Lebih Tenang
    Hidup tanpa rasa bersalah akibat merugikan orang lain akan membawa ketenangan batin dan kebahagiaan sejati.
  3. Hubungan Sosial yang Harmonis
    Menghindari keserakahan dan kezaliman akan memperkuat hubungan sosial. Orang yang jujur dan baik hati akan lebih mudah membangun kehidupan yang rukun dan damai.

Kerugian dari Sikap Serakah dan Zalim

  1. Dijauhi Orang Lain
    Orang yang serakah dan zalim seringkali tidak disukai, bahkan dijauhi, baik semasa hidup maupun setelah meninggal dunia.
  2. Kehinaan di Akhir Hidup
    Meskipun pada awalnya tampak sukses, keserakahan dan kezaliman hanya akan membawa kehancuran pada akhirnya, baik secara sosial, moral, maupun spiritual.
  3. Dampak di Dunia dan Akhirat
    Seperti yang diajarkan nenek moyang kita, “Jalan salah bakal meunang akibat, bener ulah nyilakake batur.” Orang yang hidup dengan cara salah akan menghadapi konsekuensi baik di dunia maupun di akhirat.

Pesan Nenek Moyang Sunda

“Silih asah, silih asih, silih asuh” (saling mengingatkan, saling menyayangi, saling melindungi). Nilai ini menuntun kita untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain. Orang yang serakah dan zalim melanggar prinsip ini, sehingga kehilangan keberkahan dalam hidup.

Kesimpulan

Peribahasa ini adalah pengingat penting untuk menjalani hidup dengan kebijaksanaan. Kebahagiaan sejati berasal dari cara hidup yang bersih, penuh hormat, dan peduli terhadap sesama. Orang yang menjalani hidup dengan prinsip ini tidak hanya akan meraih kedamaian di dunia, tetapi juga keberkahan di akhirat. “Sing salamet dunya ahérat, ulah ngahianat.” (Hiduplah selamat di dunia dan akhirat dengan tidak berkhianat). (DS)

Add a Comment