KAJIAN SERIAL SAHABAT : Abbas bin Abdul Muthalib رضي الله عنه
|Pembukaan Kajian
Ustadz memulai kajian dengan mengingatkan pentingnya dzikir dan memuji Allah sebagai salah satu kenikmatan surga yang bisa dirasakan di dunia. Dzikir dan doa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat iman, dan menenangkan hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”
(HR. Bukhari)
Beliau juga menekankan bahwa ilmu agama adalah makanan bagi ruh, sebagaimana makanan jasmani menghidupi tubuh. Banyak manusia fokus pada tubuhnya namun melupakan kebutuhan ruhnya.
Karena itu, menghadiri majelis ilmu adalah kewajiban yang sangat penting agar ruh kita hidup dan dekat dengan Allah.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Rasulullah ﷺ memuliakan penuntut ilmu. Majelis ilmu adalah tempat turunnya rahmat Allah, dan orang-orang yang hadir di dalamnya disebut tamu Allah.
Para sahabat rela melakukan perjalanan jauh demi mendapatkan satu hadis atau memahami satu ayat.
Contoh:
Seorang sahabat rela menempuh perjalanan dari Madinah ke Mesir hanya untuk memastikan kebenaran satu hadis, lalu kembali lagi ke Madinah.
Pelajaran: Menuntut ilmu membutuhkan kesabaran, pengorbanan waktu, dan tekad yang kuat.
Abbas bin Abdul Muthalib رضي الله عنه
- Latar Belakang dan Nasab
Nama lengkap beliau adalah Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf.
Beliau adalah paman Rasulullah ﷺ, adik dari ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Muthalib.
Dari 10 anak Abdul Muthalib yang hidup di masa Nabi ﷺ, hanya 4 yang masih hidup ketika Nabi diangkat menjadi Rasul:
- Abu Thalib
- Al-Harits
- Hamzah
- Abbas
Hamzah dan Abbas adalah paman Nabi yang beriman kepada Islam.
Abu Thalib dan Al-Harits wafat dalam keadaan tidak beriman.
Rasulullah ﷺ sangat menghormati Abbas karena kedudukannya sebagai paman yang setara dengan ayah.
- Kelahiran dan Keluarga
Abbas lahir sekitar 3 tahun sebelum Tahun Gajah, sehingga usianya sekitar 3 tahun lebih tua dari Rasulullah ﷺ.
Istrinya bernama Ummul Fadhl Lubabah binti Al-Harits, yang juga merupakan wanita mulia dan beriman.
Dari pernikahan ini, Abbas memiliki anak-anak yang terkenal, di antaranya:
Abdullah bin Abbas (sahabat yang dikenal sebagai ahli tafsir dan faqih Islam),
Abdurrahman,
Ubaydillah,
Qutsam,
Ummu Habibah.
- Abbas Masuk Islam
Abbas sebenarnya sudah beriman di dalam hati sebelum peristiwa hijrah ke Madinah, tetapi ia menyembunyikan keislamannya karena pertimbangan keamanan dan strategi dakwah.
Dalam Perang Badar, Abbas ikut dalam barisan Quraisy dengan terpaksa, lalu ditawan oleh pasukan muslim.
Saat itu, Abbas mengaku kepada Rasulullah ﷺ bahwa dirinya sudah muslim, namun Rasulullah tetap memperlakukannya sebagai tawanan untuk menunjukkan kekuatan Islam kepada kaum Quraisy.
Allah menurunkan ayat tentang peristiwa ini dalam QS. Al-Anfal ayat 70, yang memberikan kabar gembira bahwa Allah mengetahui keimanan Abbas dan akan menggantikan hartanya dengan yang lebih baik.
- Peran Abbas dalam Perang Hunain
Dalam Perang Hunain, kaum muslimin awalnya kocar-kacir karena serangan mendadak.
Saat itu, Abbas yang memiliki suara lantang berteriak:
“Wahai para sahabat! Wahai kaum Anshar! Wahai Muhajirin!”
Dengan teriakannya, pasukan muslim kembali berkumpul dan semangat mereka bangkit kembali, hingga Allah memberikan kemenangan kepada mereka.
- Kedudukan Abbas di Sisi Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ sangat mencintai Abbas. Dalam banyak hadis disebutkan keutamaan beliau:
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Abbas itu sisa dari ayahku. Barang siapa menyakitinya, maka ia menyakitiku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi ﷺ memandang paman dari pihak ayah (ami) sebagai pengganti ayah. Oleh karena itu, beliau memuliakan Abbas sebagaimana memuliakan ayahnya sendiri.
- Abbas sebagai Orang Dermawan
Abbas dikenal sangat dermawan, beliau membebaskan 70 budak sepanjang hidupnya.
Beliau juga selalu membantu orang-orang miskin dan memiliki banyak amal sholeh dalam bentuk sedekah.
- Peran Abbas Setelah Wafatnya Nabi ﷺ
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Abbas tetap menjadi tokoh penting di Madinah.
Dalam masa kekeringan di zaman Khalifah Umar bin Khattab, kaum muslimin melakukan shalat istisqa’ (minta hujan) dan bertawasul melalui doa yang dibacakan oleh Abbas.
Allah pun menurunkan hujan sebagai jawaban doa tersebut.
Peristiwa ini menunjukkan kedudukan mulia Abbas di mata Allah dan kaum muslimin.
- Wafatnya Abbas
Abbas wafat di Madinah pada tahun 35 H.
Beliau dimakamkan di Pemakaman Baqi, tempat banyak sahabat Nabi yang dimakamkan.
Pelajaran Penting dari Kehidupan Abbas رضي الله عنه
- Menghormati keluarga dan kerabat Rasulullah ﷺ.
- Menyadari pentingnya strategi dakwah, seperti yang dilakukan Abbas yang menyembunyikan keislamannya di awal.
- Mengorbankan harta dan tenaga untuk agama Allah.
- Menjadi penengah dan pemberi solusi dalam masalah umat.
- Pentingnya doa dan tawasul yang benar, seperti doa istisqa’ melalui Abbas.
- Pentingnya ketaatan kepada pemimpin dan menjaga persatuan umat.
Motivasi Menuntut Ilmu dan Mencintai Sahabat
Ustadz menutup kajian dengan pesan bahwa seseorang akan bersama orang yang ia cintai di akhirat.
Jika kita mencintai Rasulullah ﷺ dan para sahabat, maka kita akan bersama mereka di surga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Penutup
Kajian ini menjadi pengingat bahwa Abbas رضي الله عنه adalah contoh pemimpin, pejuang, dan paman yang penuh cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Mari kita memuliakan para sahabat dan meneladani semangat mereka dalam menegakkan Islam.