Kajian Keikhlasan dan Ilmu yang Bermanfaat: Mengingatkan Diri untuk Merendah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kajian Sabtu Sore, 25 Januari 2025, di Masjid Nurul Iman Blok M Square jam 17.00 WIB mengingatkan kita akan pentingnya keikhlasan dalam segala amal perbuatan kita. Terima kasih telah berbagi catatan dari kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Kajian beliau memang penuh hikmah dan nasihat mendalam, terutama terkait keikhlasan, adab, dan pentingnya memohon pertolongan Allah agar ilmu dan amal kita bermanfaat. Berikut adalah ringkasan kajian tersebut, dilengkapi hadis Nabi ﷺ dan nasihat para ulama:

Ilmu yang Bermanfaat

Ilmu tidak akan bermanfaat tanpa pertolongan Allah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk:

  • Memuliakan ilmu dengan adab yang benar.
  • Memohon kepada Allah agar ilmu tersebut membawa keberkahan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah: 282)

Hadis:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Keikhlasan sebagai Kunci Amal

Ikhlas adalah fondasi amal. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari, no. 1; Muslim, no. 1907)

Namun, keikhlasan adalah hal yang paling berat dalam beramal. Yusuf bin Asbath berkata:

“Menyucikan niat dari segala hal yang mengotori lebih berat daripada mengerjakan banyak amal perbuatan.”

Fudhail bin Iyadh juga menegaskan:

“Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”

Keikhlasan mencakup segala aspek, seperti:

  • Ibadah (salat, zakat, puasa).
  • Hubungan suami-istri.
  • Mendidik anak dan menjaga ukhuwah.

Bahaya Riya dan Syahwat

Riya adalah penyakit hati yang merusak keikhlasan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya.”
(HR. Ahmad, no. 23630)

Syahwat dunia, seperti cinta harta dan kedudukan, juga menjadi ujian berat. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap umat memiliki ujian, dan ujian bagi umatku adalah harta.”
(HR. Tirmidzi, no. 2336)

Harta sering kali menjadi alat kesombongan yang membuat manusia lupa kepada Allah. Oleh sebab itu, manusia harus menjadikan harta sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebaliknya.

Hati yang Tidak Stabil (Qalbu)

Hati manusia bersifat labil dan mudah berubah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah. Dia membolak-balikkan hati sesuai kehendak-Nya.”
(HR. Muslim, no. 2654)

Oleh karena itu, kita membutuhkan perjuangan ekstra untuk menjaga hati dari gangguan syaitan dan hawa nafsu. Ulama menyebutkan, syaitan sering kali memanfaatkan kelemahan hati manusia untuk menjauhkan mereka dari keikhlasan.

Doa sebagai Sarana Keikhlasan

Pentingnya doa dalam mencapai keikhlasan:

  • Memohon agar Allah memperbaiki hati dan niat.
  • Memohon pertolongan agar amal diterima-Nya.

Doa Nabi ﷺ:
“Ya Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinika” (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).
(HR. Tirmidzi, no. 2140)

Nasihat ulama:
“Jika kamu ingin ikhlas dalam beramal, mintalah kepada Allah agar Dia menjauhkanmu dari riya dan hawa nafsu.”

Mengingatkan Tentang Ilmu

Imam Ahmad mengajarkan bahwa ilmu harus dilakukan dengan niat yang ikhlas. Untuk mengetahui apakah niat kita benar, ukurannya adalah sejauh mana kita bisa tawadhu dengan ilmu yang kita miliki. Jika seseorang telah memiliki sikap tawadhu, ia tidak akan mencari panggung atau ingin dipandang hebat. Orang yang ikhlas justru semakin banyak ilmu, semakin merendah, seperti ilmu padi yang semakin berisi semakin menunduk.

Hal ini selaras dengan hadis Nabi ﷺ yang mengatakan:

“Allah akan mengangkat orang yang berilmu.”
(QS. Al-Nasr: 3)

Ilmu yang didapat bukan untuk meningkatkan status, tetapi untuk merendah. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Surat Al-Qashas Ayat 83:

وَتِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْتَّقْوَىٰ

Terjemahan:
“Dan negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri di muka bumi dan tidak pula berbuat kerusakan. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Qashas: 83)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa bagi orang-orang yang tidak mengejar status atau kesombongan di dunia, dan tidak berbuat kerusakan, Allah akan menyediakan negeri akhirat yang penuh dengan keberkahan. Ini menunjukkan bahwa keikhlasan dan kerendahan hati dalam hidup ini sangat dihargai di sisi Allah.

Penutup

Kajian ini mengingatkan kita untuk:

  • Selalu memperbaiki niat sebelum beramal.
  • Memohon pertolongan Allah agar amal kita diterima.
  • Menjaga hati dari godaan syaitan, hawa nafsu, dan dunia.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam setiap amal. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang dilakukan dengan ikhlas untuk-Nya dan mencari wajah-Nya.”
(HR. Nasai, no. 3140; Abu Daud, no. 2201)

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Add a Comment