Hikmah Melarang dan Menyampaikan Kebenaran dalam Islam untuk Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada dilema: melarang sesuatu yang salah atau menyampaikan kebenaran yang dianggap benar. Kedua hal ini, meski penting, tidak jarang terasa “enggak enak” untuk dilakukan karena takut menyinggung perasaan, dianggap menggurui, atau bahkan memutus hubungan. Dalam perspektif Islam, tindakan ini merupakan bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, sebuah kewajiban yang tidak hanya menjadi urusan pribadi tetapi juga memiliki dampak sosial bagi kehidupan bermasyarakat.

Perintah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Al-Qur’an dan Hadis

Islam menempatkan amar ma’ruf nahi munkar sebagai salah satu pilar penting untuk menjaga keharmonisan masyarakat. Allah SWT berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali Imran: 110)

Ayat ini menegaskan bahwa keunggulan umat Islam terletak pada kemampuannya mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam menjalankan perintah ini, Allah SWT juga mengingatkan pentingnya hikmah dan kesabaran:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)

Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa mencegah kemungkaran adalah tanggung jawab setiap Muslim sesuai kemampuannya:

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
(HR. Muslim)

Mengapa “Enggak Enak” Itu Manusiawi?

Perasaan tidak enak saat melarang atau menyampaikan kebenaran adalah hal yang wajar. Dalam Islam, ini disebut adab dalam berdakwah. Kita khawatir hubungan menjadi renggang, takut dianggap sok tahu, atau malah dipandang negatif oleh orang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dengan cara yang lembut dan bijaksana:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu.”
(QS. Ali Imran: 159)

Dampak Sosial dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Melarang kemungkaran dan menyampaikan kebenaran bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampaknya:

  1. Menjaga Keharmonisan Sosial
    Ketika setiap individu peduli terhadap kebaikan bersama, masyarakat akan menjadi lebih harmonis. Kemungkaran yang dibiarkan dapat merusak tatanan sosial, seperti meningkatnya kejahatan atau kebiasaan buruk.
  2. Mencegah Kerusakan yang Lebih Besar
    Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Perumpamaan orang yang tetap menjalankan batasan-batasan Allah dengan orang yang melanggarnya adalah seperti suatu kaum yang berlayar dengan kapal. Sebagian dari mereka berada di atas dan sebagian lagi di bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah melubangi kapal dan dibiarkan oleh mereka yang di atas, niscaya semuanya akan binasa.”
(HR. Bukhari)

Hadis ini mengajarkan bahwa membiarkan kemungkaran adalah bentuk kelalaian yang dapat menyebabkan kehancuran kolektif.

  1. Meningkatkan Solidaritas
    Ketika seseorang menyampaikan kebaikan atau melarang kemungkaran dengan cara yang bijak, hal ini menunjukkan rasa peduli kepada sesama. Dalam jangka panjang, ini dapat membangun solidaritas dan saling menghormati dalam masyarakat.
  2. Menghidupkan Akhlak Mulia
    Masyarakat yang saling mengingatkan dalam kebaikan akan membentuk budaya yang penuh dengan nilai-nilai akhlak mulia, seperti kejujuran, kesabaran, dan rasa tanggung jawab.

Cara Menyampaikan Kebenaran dengan Bijak

Agar amar ma’ruf nahi munkar dapat diterima dengan baik, berikut beberapa prinsip yang diajarkan Islam:

  1. Niat yang Ikhlas
    Pastikan bahwa niat kita semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk terlihat lebih baik atau superior.
  2. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat
    Jangan menasihati seseorang di depan umum, karena dapat membuat mereka malu dan defensif. Rasulullah SAW selalu memilih waktu yang tepat dalam menyampaikan nasihat.
  3. Gunakan Pendekatan yang Lembut
    Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk berbicara dengan lembut bahkan kepada Fir’aun:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau takut.”
(QS. Thaha: 44)

  1. Jangan Memaksakan Kehendak
    Tugas kita adalah menyampaikan, bukan memastikan orang lain langsung berubah. Firman Allah SWT:

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau hanyalah pemberi peringatan.”
(QS. Al-Ghasyiyah: 21)

Kesimpulan

Melarang kemungkaran dan menyampaikan kebenaran adalah bagian dari tanggung jawab seorang Muslim. Meskipun terasa “enggak enak,” tindakan ini memiliki dampak besar dalam menjaga tatanan masyarakat yang harmonis dan bermartabat. Dengan niat yang ikhlas, pendekatan yang lembut, dan cara yang bijaksana, amar ma’ruf nahi munkar dapat dilakukan tanpa menyakiti perasaan orang lain. (DS)

Semoga kita senantiasa diberikan keberanian dan kebijaksanaan untuk melaksanakan kewajiban ini demi kebaikan bersama. Aamiin.

Add a Comment