Daru: Dari Harmoni Alam Menuju Kegelisahan Zaman
|Di satu masa, Desa Daru di Kabupaten Tangerang adalah hamparan hijau kehidupan. Sawah menghampar sejauh mata memandang, pohon-pohon menjulang di setiap penjuru kampung, dan suara serangga serta suling bambu seakan berpadu dengan hembusan angin sore. Masyarakat hidup sederhana, jujur, dan saling mengenal. Waktu seakan berjalan pelan, mengikuti irama alam dan petuah karuhun.
Namun kini, semuanya berubah. Sangat jauh berubah.

📜 Daru dan Akar Budaya Sunda
Desa Daru berada di wilayah budaya lama Tatar Sunda, bagian dari sejarah panjang kerajaan Pajajaran sebelum masuknya Islam dan pendirian Kesultanan Banten. Dalam sejarah yang lebih dalam, budaya masyarakat lokal saat itu sangat mungkin dipengaruhi oleh Sunda Wiwitan, kepercayaan asli masyarakat Sunda.
Sunda Wiwitan mengajarkan keseimbangan hidup melalui prinsip:
- Silih asih, silih asah, silih asuh
- Menjaga alam sebagai bagian dari ciptaan Sang Hyang Kersa
- Menghormati karuhun (leluhur) dan pemimpin yang jujur
- Hidup dalam harmoni dengan sesama manusia dan semesta
Meski kini tidak lagi diakui secara resmi, nilai-nilai Sunda Wiwitan masih hidup dalam cara masyarakat desa menjaga kesopanan, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam.
🌿 Tradisi Lokal yang Terlupakan
Dahulu, masyarakat Daru mengenal tradisi seperti:
- Hajat bumi, doa panen, atau sedekah kampung
- Ziarah ke tempat-tempat tertentu yang diyakini sebagai petilasan leluhur
- Rasa hormat terhadap pohon-pohon besar, sungai, dan batu tua
Namun satu per satu mulai pudar.
Lahan sawah menjadi kavling,
situs keramat jadi lahan parkir,
dan pepohonan diganti tiang listrik.
Yang tersisa hanya nostalgia bagi mereka yang masih mau mengingat.
🏘️ Dari Alam Hijau ke Beton Tanpa Rasa
Desa Daru hari ini adalah deretan perumahan padat.
Sawah yang dulu menjadi sumber pangan dan tempat bermain kini ditutupi paving
block.
Kicau burung digantikan suara knalpot.
Langit yang dulu luas dan bersih, kini tertutup kabel dan papan iklan.
Dan bukan hanya alam yang berubah, jiwa desa pun terasa retak.

🎭 Ketika Budaya Curang Menjadi Kebiasaan
Perubahan terbesar bukan terletak pada hilangnya pohon atau
sawah,
tetapi pada hilangnya kejujuran dan rasa malu.
🔻 Dulu:
- Pemimpin dihormati karena bijaksana
- Warga malu jika menyakiti sesama
- Keputusan diambil lewat musyawarah
🔺 Kini:
- Pemimpin dipuja karena kekayaan
- Keputusan sering diambil atas dasar kepentingan
- Persekongkolan, manipulasi data, permainan anggaran menjadi rahasia umum
Sifat-sifat ini sangat bertolak belakang dengan nilai Sunda Wiwitan yang menuntut kejujuran, keterbukaan, dan penghormatan terhadap keseimbangan alam.
🪦 Situs Leluhur yang Terabaikan
Beberapa warga tua masih mengingat:
- Lokasi pohon besar tempat dulu warga sering memanjatkan doa
- Sumur tua yang airnya dipercaya membawa berkah
- Batu besar yang dulu dianggap sebagai tapak karuhun
Kini, semua itu terhapus tanpa bekas—baik secara fisik maupun dalam ingatan generasi muda.
🔁 Masih Adakah Jalan Pulang?
Pertanyaan paling mendasar saat ini:
Bisakah Daru kembali pada jati dirinya?
Tidak sepenuhnya. Tapi masih ada yang bisa diselamatkan:
- Mendokumentasikan kisah sesepuh
- Menelusuri toponimi dan situs budaya
- Mendidik generasi muda tentang sejarah lokalnya
- Memulai kembali forum warga untuk musyawarah jujur dan terbuka
Yang paling penting adalah menanamkan kembali rasa malu dan nilai kejujuran—karena hanya itu yang mampu melawan budaya curang yang sudah mulai dianggap biasa.

✨ Penutup: Daru Masih Punya Harapan
Desa ini bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah tempat
hidup, tempat tumbuh, tempat belajar dari akar dan sejarahnya.
Jika kita biarkan ia kehilangan jiwanya, maka anak cucu kita hanya akan
mengenal Daru sebagai nama, bukan makna.
“Hade goreng lembur, tanggung jawab urang sakampung.”
(Baik buruknya kampung, adalah tanggung jawab seluruh warganya.)
Mari kita mulai dari mendengar cerita. Dari menulis sejarah. Dari menanam satu pohon. Dari berkata jujur.
Karena Daru tidak boleh hanya dikenang—ia harus dijaga.
Please follow, like and comment, https://www.instagram.com/reel/DLtBCZBhRGS/?igsh=eGJ2ZTc1bXA2enFj