Dari Stasiun Bojonggede ke RST Dompet Dhuafa: 6 Kilometer Menuju Akses Kesehatan
|Oleh : Mohamad Sobari
Pagi itu (Rabu, 28 Mei 2025) langit Bojonggede sangat terang benderang, tapi hati saya justru lebih cerah. Dari peron Stasiun Bojonggede, saya melangkah keluar dengan tujuan yang berbeda dari biasanya. Bukan ke kantor, bukan juga untuk jalan-jalan. Kali ini saya ingin mengunjungi Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST DD) di Parung, Kabupaten Bogor—sebuah rumah sakit kemanusiaan yang namanya sering saya dengar, tapi belum pernah saya kunjungi langsung.
Katanya jaraknya cuma 6 kilometer dari stasiun. Tapi siapa sangka, 6 kilometer ini justru menyimpan banyak pelajaran dan perenungan.

Niat Hemat, Tapi Ternyata…
Saya pikir, “Ah, cuma 6 km. Pasti ada angkot, tinggal naik, sampai.” Ternyata enggak semudah itu.
Saya coba cari angkot D-03 yang katanya rutenya Bojonggede–Parung–Leuwiliang. Tapi setelah nanya-nanya, ternyata angkot ini nggak masuk ke area RST DD. Harus turun di jalan besar dan lanjut… ya, ojek. Untuk orang sehat seperti saya, mungkin masih oke. Tapi kalau pasien lansia? Atau keluarga dengan anak kecil? Pasti berat.
Ojek Online: Cepat, Tapi Nggak Murah
Akhirnya saya naik ojek online. Tarifnya? Rp30.000 – Rp40.000 sekali jalan. Kalau bolak-balik, bisa habis Rp70.000-an. Saya langsung mikir, gimana dengan pasien dhuafa? Mereka harus rutin kontrol, belum lagi ongkos pendamping. Ini baru urusan transportasi, belum yang lain-lain.
Akses ke layanan kesehatan harusnya mudah dan murah, bukan malah jadi beban tambahan.
Transportasi Umum: Apa yang Sudah Ada?
Selama di perjalanan, saya sempat ngobrol dengan warga dan relawan sekitar. Ini beberapa moda transportasi darat yang katanya biasa lewat wilayah Parung:
- Angkot D-03: lewat Parung, tapi tidak masuk ke RST DD.
- Bus AKAP/AKDP Bogor–Serpong: kadang lewat Jalan Raya Parung, tapi nggak ada halte dekat rumah sakit.
- Ojek online dan ojek pangkalan: praktis, tapi mahal.
- Bus sekolah atau kendaraan komunitas Dompet Dhuafa: hanya kadang digunakan, belum jadi transportasi reguler untuk pasien.
Realitanya, tanpa kendaraan pribadi, akses ke RST DD masih susah.
Akhirnya Sampai: Rasa Haru dan Hormat
Saat saya tiba di RST DD, rasa lelah langsung berganti haru. Tempatnya bersih, hangat, dan terasa penuh kepedulian. Saya lihat pasien-pasien datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar Bogor. Tapi saya juga lihat satu hal: 6 kilometer terakhir dari Stasiun Bojonggede ke sini itu seperti “jalan sunyi” yang harus mereka tempuh sendiri.
Bayangkan kalau setiap pasien atau keluarganya harus berjuang dulu hanya untuk sampai ke rumah sakit. Ini bukan cuma soal mobilitas—ini soal keadilan.

Kalau Ada Feeder Bus, Semua Bisa Berubah
Di kepala saya langsung muncul satu bayangan: bagaimana kalau ada feeder bus dari Stasiun Bojonggede ke RST DD? Bus kecil yang nyaman, murah, dan punya jadwal tetap.
Kerja sama bisa dilakukan antara Pemkab Bogor, Pemprov Jawa Barat, PT KAI, BPTJ, dan tentu saja Kementerian Perhubungan RI. Saya percaya, lewat Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda—Bapak Risal Wasal, ini bukan hal yang mustahil.
Feeder bus ini bukan soal infrastruktur saja. Ini bentuk nyata dari empati negara terhadap rakyatnya yang sedang berjuang untuk sehat.
Tanggapan Mohamad Sobari dari Darustation
Melihat kondisi nyata di lapangan, Mohamad Sobari dari platform sosial Darustation menyampaikan bahwa:
“Kita tidak bisa menutup mata bahwa RST Dompet Dhuafa sudah berperan nyata memberikan pelayanan kesehatan di pelosok Kabupaten Bogor. Tapi tentu ini belum cukup tanpa dukungan dari pemangku kebijakan. Pemerintah daerah—baik Bupati Bogor maupun Gubernur Jawa Barat—harus hadir untuk memastikan akses yang adil dan manusiawi ke fasilitas seperti ini.”
Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa sinergi antara masyarakat sipil dan pemerintah sangatlah penting.
Jarak dari Halte Transjakarta Sawangan
Per 1 Juni 2025, Transjakarta membuka rute baru Lebak Bulus – Sawangan. Namun, dari halte pemberhentian Transjakarta Sawangan (Kota Depok) ke RST DD Parung (Kabupaten Bogor) masih berjarak sekitar 17 kilometer. Belum ada sambungan langsung dari Sawangan ke Parung, apalagi ke titik rumah sakit. Artinya, kebutuhan akan transportasi lanjutan seperti feeder atau angkutan penghubung masih sangat mendesak.
Sekilas Sejarah RST Dompet Dhuafa
Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa resmi beroperasi pada 4 Juli 2012. Rumah sakit ini dibangun di atas lahan seluas 7.803 m² di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
Pembangunan RST DD dibiayai sepenuhnya melalui dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Sejak berdiri, rumah sakit ini telah melayani ratusan ribu pasien, bahkan dari luar Jabodetabek.
Dengan pendekatan pelayanan yang humanis dan profesional, RST DD kini menyandang akreditasi Tingkat Paripurna dari KARS, bukti bahwa kualitasnya tak kalah dari rumah sakit komersial.

Penutup: 6 Kilometer yang Tak Boleh Menghalangi Harapan
Perjalanan saya hari itu sederhana, hanya 6 kilometer. Tapi dari situ saya belajar banyak. Bagi yang sehat dan mampu, jarak ini mungkin sepele. Tapi bagi yang sedang sakit dan kurang mampu, 6 kilometer bisa jadi jurang besar antara hidup dan harapan.
Saya hanya bisa menulis dan menyuarakan. Semoga tulisan ini bisa membuka mata lebih banyak pihak. Semoga juga Gubernur Jawa Barat—Pak KDM (Kang Dedi Mulyadi) suatu hari bisa melihat langsung kondisi ini.
Dan kamu, yang membaca ini… yuk bantu suarakan. Kalau pernah punya pengalaman serupa atau ide solusi, tulis di kolom komentar.
Mari kita dukung #SuarakanAksesSehat untuk semua.
🙏 Terima kasih untuk semua relawan dan tenaga medis di RST DD.
🚍 Untuk pemerintah: mari wujudkan transportasi yang terintegrasi.
🤝 Untuk kita semua: mari bantu sebarkan kesadaran ini.