Dampak Signifikan Pengguna KRL Akibat Penutupan Jalan Sementara Menuju Stasiun Daru
|Perbaikan jalan dan drainase serta penutupan total jalan menuju Stasiun Daru di Desa Daru, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang, yang mengakibatkan angkot rute Balaraja tidak bisa menuju stasiun, serta penurunan kapasitas parkir, akan menimbulkan dampak yang cukup signifikan baik bagi pengguna KRL maupun pengguna transportasi umum dan kendaraan pribadi. Dampak tersebut akan mencakup gangguan pada aksesibilitas, kenyamanan, serta ketersediaan fasilitas parkir. Pengamatan DS pada hari ini (Jumat, 8 Nov 2024) sekitar jam 7 pagi. Berikut adalah penjabaran tentang dampaknya, serta solusi yang bisa dipertimbangkan untuk memitigasi dampak negatif tersebut.
Dampak Negatif yang Terjadi:
1. Gangguan Akses ke Stasiun
– Penutupan Total Jalan: Penutupan total jalan menuju Stasiun Daru berarti bahwa semua kendaraan, termasuk angkot dan kendaraan pribadi, tidak bisa melewati jalur utama yang menuju stasiun. Ini tentu akan sangat mengganggu perjalanan penumpang KRL yang biasa mengakses stasiun dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum seperti angkot.
– Angkot Rute Balaraja Tidak Bisa Akses Stasiun : Pengguna angkot dari Balaraja yang biasa turun dekat stasiun tidak akan bisa sampai ke stasiun. Ini akan memaksa mereka mencari transportasi alternatif, seperti menggunakan ojek atau moda transportasi lain yang mungkin lebih mahal dan memakan waktu lebih lama.
– Pengurangan Aksesibilitas untuk Pengguna KRL : Dengan terbatasnya akses, beberapa penumpang KRL, terutama mereka yang bergantung pada angkot atau kendaraan pribadi untuk sampai ke stasiun, mungkin akan kesulitan mencapai stasiun.
2. Penurunan Kapasitas Parkir
– Parkir Penuh: Penurunan kapasitas parkir akibat proyek perbaikan jalan dapat menyebabkan banyak pengguna KRL yang tidak mendapatkan tempat parkir, yang berujung pada penggunaan moda transportasi lain atau bahkan membatalkan niat mereka untuk naik KRL. Hal ini juga dapat menyebabkan penumpukan kendaraan di area parkir alternatif yang lebih jauh dari stasiun.
– Keterbatasan Pilihan Parkir : Tanpa adanya fasilitas parkir bertingkat, ruang parkir yang ada akan sangat terbatas, terutama jika pengguna kendaraan pribadi meningkat. Hal ini juga bisa membuat pengguna memilih untuk tidak menggunakan KRL, yang berpotensi meningkatkan jumlah kendaraan pribadi di jalan.
3. Kemacetan dan Pengalihan Transportasi
– Kemacetan di Jalan Alternatif : Jika jalan utama menuju stasiun ditutup dan pengguna terpaksa menggunakan jalur alternatif, jalan-jalan tersebut bisa menjadi lebih padat dan rawan kemacetan, terutama pada jam sibuk. Jika angkot yang biasanya melewati jalur utama kini harus mencari rute baru, kemacetan bisa semakin parah.
– Berpindah ke Moda Transportasi Lain: Beberapa pengguna KRL yang terganggu dengan akses menuju stasiun bisa beralih ke moda transportasi lain (seperti kendaraan pribadi atau ojek online), yang akan berdampak pada peningkatan volume kendaraan di jalan raya dan berpotensi memperburuk kemacetan di sekitar area tersebut.
4. Penurunan Pengguna KRL
– Kenyamanan Berkurang : Dengan adanya gangguan pada akses ke stasiun dan penurunan fasilitas parkir, pengguna KRL bisa merasa kurang nyaman, yang berpotensi mengurangi jumlah penumpang, terutama bagi mereka yang bergantung pada kendaraan pribadi atau angkot. Penurunan pengguna KRL ini juga dapat mempengaruhi pendapatan dan efisiensi operasional KRL.
5. Polusi dan Gangguan Selama Proses Pembangunan
– Polusi Debu dan Kebisingan : Selama proses perbaikan jalan dan drainase, polusi debu dan suara bising dari alat berat akan mengganggu warga sekitar dan pengguna jalan. Hal ini akan menambah ketidaknyamanan di area yang sudah padat seperti di sekitar stasiun.
Potensi Solusi untuk Mengurangi Dampak Negatif:
1. Alternatif Akses ke Stasiun
– Rute Alternatif untuk Angkot : Pengelola angkot dan pemerintah setempat dapat menyiapkan jalur alternatif untuk angkot rute Balaraja yang tidak bisa lewat jalan utama yang ditutup. Misalnya, mengalihkan angkot ke jalur lain yang lebih dekat dengan stasiun, atau menyediakan titik-titik turun penumpang yang strategis dekat dengan stasiun.
2. Peningkatan Kapasitas Parkir
– Parkir Alternatif : Tempat parkir alternatif yang terbatas dan lebih jauh dari stasiun.
3. Informasi dan Pemberitahuan yang Jelas
– Sosialisasi yang Efektif : Pemerintah dan pengelola stasiun perlu memberikan informasi yang jelas dan tepat waktu kepada masyarakat mengenai penutupan jalan, perubahan rute angkot, dan alternatif akses ke stasiun. Pengguna KRL perlu diberitahu tentang perubahan ini agar bisa menyesuaikan perjalanan mereka, baik dalam hal memilih moda transportasi alternatif maupun mencari tempat parkir.
– Papan Petunjuk Jalan : Pemasangan papan petunjuk di lokasi-lokasi strategis untuk mengarahkan pengguna ke jalan-jalan alternatif menuju stasiun atau tempat parkir yang tersedia sangat penting untuk meminimalisir kebingungannya.
4. Pekerjaan Bertahap dan Diluar Jam Sibuk
– Pekerjaan Bertahap : Untuk mengurangi dampak terhadap pengguna jalan dan penumpang KRL, pengerjaan perbaikan bisa dilakukan secara bertahap, sehingga beberapa jalur tetap bisa dibuka, dan akses ke stasiun tidak sepenuhnya terhenti. Hal ini juga bisa mengurangi kemacetan di sekitar area.
– Pekerjaan Malam Hari : Jika memungkinkan, pekerjaan konstruksi bisa dilakukan pada malam hari, saat volume kendaraan lebih sedikit, untuk meminimalisir gangguan pada akses jalan.
Penutupan jalan total menuju Stasiun Daru, ditambah dengan berkurangnya kapasitas parkir, dapat mengganggu aksesibilitas, meningkatkan kemacetan, dan menurunkan kenyamanan bagi pengguna KRL. Namun, dengan perencanaan yang matang, pemberian solusi alternatif seperti rute angkot baru, parkir alternatif, dan pengadaan transportasi umum sementara, dampak negatif ini bisa diminimalisir. “Sosialisasi yang jelas dan koordinasi antara pemerintah, pengelola stasiun, dan masyarakat juga sangat penting agar perubahan ini dapat diterima dengan baik oleh semua pihak,” ungkap M.Sobari penggiat komunitas Daru Station Community (DSC).