Besar Perut, Besar Suara, Tapi Kecil Hati: Ketika Kesombongan Menyamar Jadi Tokoh
|Di zaman sekarang, kita sering menyaksikan orang-orang yang tampil seolah tokoh—baik tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun pemimpin umat. Mereka berbadan besar, bersuara keras, tampak meyakinkan… tapi di balik semua itu, menyimpan sifat yang tak patut dicontoh: sombong, penjilat, serakah, dan munafik.
Mereka merasa hebat karena gelar, bangga karena banyak pengikut, dan tak segan-segan menjatuhkan yang lain demi menjaga panggungnya sendiri.
Tapi apakah itu benar-benar kebesaran?
Ataukah hanya kemunafikan yang dibungkus citra?

🚨 Ciri-Ciri yang Perlu Diwaspadai
Beberapa di antaranya mungkin tidak sadar bahwa dirinya telah berubah menjadi pribadi yang arogan dan sombong. Tapi tanda-tandanya sering kali jelas terlihat:
- Merasa kelompoknya paling benar
- Menganggap orang lain tak selevel atau tak penting
- Senang disanjung, tapi alergi kritik
- Tampil relijius, tapi menyimpan kerakusan
- Bicara lantang tentang keadilan, tapi menjilat demi kekuasaan
Besar badannya, besar suaranya… tapi akhlaknya kecil, dan jiwanya sempit.
📖 Pandangan Al-Qur’an: Kesombongan Adalah Warisan Iblis
Kesombongan pertama kali lahir bukan dari manusia, tapi dari iblis.
“Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api,
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(QS. Al-A’raf: 12)
Iblis diusir dari surga bukan karena kurang ibadah, tapi
karena kesombongan.
Ia menolak perintah Allah, karena merasa lebih mulia.
Al-Qur’an pun memperingatkan:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong…”
(QS. Luqman: 18)

🕋 Sabda Nabi: Orang Sombong Dijauhkan dari Surga
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan walau seberat biji sawi.”
(HR. Muslim)
Dan ketika ditanya, beliau menambahkan:
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan
manusia.”
(HR. Muslim)
Jadi bukan soal baju mahal, rumah megah, atau suara lantang. Tapi sikap hati yang merasa paling benar dan meremehkan sesama.

🧠 Kata Ulama: Hati-Hati dengan Kesombongan Religius
Imam Al-Ghazali berkata:
“Sombong bisa muncul bahkan dalam ibadah dan ilmu. Orang yang merasa paling benar dalam memahami agama bisa jadi lebih sombong dari orang kaya yang mencintai dunia.”
Ibnul Qayyim menulis:
“Kesombongan menghalangi seseorang dari menerima kebenaran. Ia mengira dirinya di atas segalanya, padahal ia sedang jatuh.”
⚰️ Ketika Kematian Menjemput Orang Sombong dan Munafik
Kesombongan mungkin membuat seseorang tampak besar di mata
manusia.
Tapi saat maut datang, semua itu tak berarti.
🔥 1. Sakaratul Maut yang Menyakitkan
“Dan kalau kamu melihat ketika malaikat mencabut nyawa
orang-orang kafir (dan munafik), seraya memukul muka dan belakang mereka…”
(QS. Al-Anfal: 50)
Nyawanya dicabut dengan keras, wajahnya dibalik murka
malaikat.
Tidak ada lagi tepuk tangan, tidak ada lagi panggung. Hanya azab yang
menyambut.
🌑 2. Kubur yang Menyempit dan Menghimpit
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang hamba yang buruk meninggal dunia… kuburnya disempitkan hingga
tulang-tulangnya saling bertautan.”
(HR. Ahmad)
Tak ada kehormatan yang dibawa ke alam barzakh selain amal
yang ikhlas.
Dan kesombongan adalah penghapus dari amal tersebut.
🧨 3. Dibangkitkan dalam Kehinaan
“Orang-orang sombong akan dibangkitkan di Hari Kiamat
seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia, diliputi kehinaan dari segala
penjuru.”
(HR. Tirmidzi)
Bayangkan:
Orang yang dulu disanjung, kini diinjak-injak, karena sepanjang hidup telah menginjak-injak kebenaran dan sesama.
🔥 4. Masuk Neraka Paling Dalam
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (akan ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.”
(QS. An-Nisa: 145)
Bukan hanya berdosa, mereka juga menyalahgunakan agama untuk ambisi dunia.
Menjadi tokoh, tapi mengikis akhlak umat.

💭 Penutup: Ukuran Sejati Bukan di Perut, Tapi di Hati
Jangan tertipu oleh jubah kehormatan, panggung ceramah, atau
gaya bicara yang meyakinkan.
Kejujuran tidak bisa dimanipulasi.
Keteladanan tidak bisa dibuat-buat.
“Jangan merasa hebat, jika yang tumbuh dalam dirimu hanyalah kemunafikan yang diselimuti kesombongan.”
Mari kita jaga hati, bukan hanya citra.
Mari kita kecilkan suara, tapi besarkan akhlak.
Karena yang dibawa mati… bukan ukuran perut atau suara, tapi seberapa jujur
kita pada Allah.