Bedah Buku ‘’Djawa Tempo Doeloe’’ di Hari Komunitas Nasional
|Hari Komunitas Nasional yang diperingati pada tanggal 26-27 September 2015 yang diselenggarakan di Mezzanine Floor, Mall Kota Kasablanka. Kehadiran berbagai komunitas generasi muda berkembang begitu pesat beberapa tahun ini. Fenomena ini menandakan bahwa anak-anak muda Indonesia ingin berkontribusi untuk membuat perubahan bagi Indonesia. Indonesia Community Network konsisten untuk merayakan Hari Komunitas Nasional (HKN 2015) dengan bertemakan, Action For Nation (Mana Indonesia-Mu?)
Pada hari Sabtu (26/9), Saya mengikuti acara bedah buku tentang Jawa Tempo Doeloe, yang sebelumnya telah melakukan registrasi untuk kehadiran. Tepat pukul 15.15 WIB acara dimulai dengan menampilkan tiga orang narasumber diantaranya, Olievier Johannes Raap (Penulis Buku), Asep Kambali (Pendiri Komunitas Historia Indonesia – KHI) dan Lauren Yapp (Urban Reseaecher, Stanford University USA).
Asep Kambali atau seringkali dipanggil Kang Asep, kelahiran 35 tahun yang lalu dan lahir di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Beliau adalah aktivis pelestarian sejarah dan budaya, serta pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI). Dengan komunitasnya, ia mengajak kembali generasi muda untuk mencintai bangsa dan negaranya melalui pemahaman dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah dan budaya Indonesia.
Kehadiran dua orang bule sebagai narasumber tentunya sangat menarik sekali, disamping penampilan yang sederhana dengan baju batik yang dikenakan juga keduanya fasih berbahasa Indonesia. Pada kesempatan ini juga acara diselanjutkan dipandu oleh Kang Asep sehingga suasana menjadi nyaman dan tidak kaku dengan menghadirkan satu persatu narasumber berikutnya.
Lauren Yapp adalah seorang wanita berkebangsaan Amerika Serikat yang juga sebagai kandidat PhD di Departemen Antropologi di Universitas Standord dan anggota Stanford Arkeologi Pusat. Penelitiannya sangat luas berkaitan dengan warisan memori dan lingkungan materi dalam lanskap perkotaan pasca-kolonial. Ketertarikkan pada jaringan transnasional yang terbentuk di sekitar inisiatif pelestarian warisan perkotaan dan efek kompleks yang proyek-proyek ini memiliki pada bahan dan dunia sosial penduduk kota. Disertasi doktor nya bertujuan untuk mengeksplorasi tema ini melalui studi etnografi dan sejarah kota warisan “revitalisasi” pekerjaan seperti yang dilakukan di tiga kota besar Indonesia, Jakarta, Bandung dan Semarang. Inisiatif seperti – yang semakin melibatkan tidak hanya pemain lokal, tetapi juga organisasi regional dan internasional, instansi pemerintah, dan teknokrat. Warisan masa lalu kolonial dan berkembangnya masa depan kota-kota, dalam hal lanskap materi, kelestarian lingkungan, dan hak-hak, kesetaraan, dan kesejahteraan masyarakat yang beragam.
Betapa lancarnya bahasa Indonesia yang ucapkan Lauren, dengan penuh semangat bercerita tentang apa saja yang sudah dilakukannya untuk penelitian dan nantinya akan bermanfaat untuk bangsa Indonesia. Namun sayang sekali karena waktu yang terbatas sehingga Kang Asep berkali-kali memberikan aba-aba agar segera berakhir. Akhirnya dengan cepat diuraikannya dan diringkas pengalamannya selama melakukan penelitian di tiga kota besar Indonesia. Selanjutnya Kang Asep mempersilahkan narasumber selanjutnya.
Oliver Johannes Raap atau dipanggil Mas Oli, beliau adalah warga Belanda yang lahir 49 tahun yang lalu. Lulusan Universitas di Deft dalam bidang arsitektur dan saat ini bekerja sebagai pedagang buku di Den Haag dan relawan untuk Gereja Katolik. Beberapa kali bolak balik Belanda –Indonesia dan akhirnya jatuh cinta dengan negeri yang pernah dijajahnya dan menyukai Indonesia khusunya Pulau Jawa, akhirnya belajar bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan sejarahnya.
Oliver adalah pencinta musik klasik senang bertualang, berlayar, memasak dan penggila sejarah. Ia juga seorang kolektor sejati ribuan benda kuno yang berkaitan dengan Indonesia masa lalu, baik berupa buku, dikumen, benda seni, maupun kartu pos adalah sebagian koleksinya. Tahun 2013 diterbitkan buku pertamanya yakni Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe, kemudian disusul buku kedua dan ketiga, Soeka Doeka di Djawa tempo Doeloe, dan Kota di Djawa Tempo Doeloe. Oliver bisa dihubungi melalui email : oli4raap@ziggo.nl
Meskipun waktu dibatasi sangat singkat dan Kang Asep sebelumnya memberitahukan ke Mas Oli agar berakhir pada jam 16.00. Sehingga acara bedah buku mejadi sangat singkat sekali.Buku berjudul Pekerja di Djawa tempo Doeloe, ini merupakan buku yang paling gambling menjelaskan kondisi perekonomian rakyat Jawa di masa Kolonial Belanda di masa 1890-1940an. Buku Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe, merupakan koleksi ribuan benda seni, buku, dokumen, kartu pos yang berkaitan dengan Indonesia masa lampau mengajak kita memasuki mesin waktu untuk mengunjungi Jawa di era 1900-an hingga akhir masa kolonial di tahun 1940-an lewat 140 lembar kartu pos bergambar yang dikoleksinya.
Akhirnya waktu juga yang memisahkan waktu untuk acara bedah buku karena padatnya panggung acara di Hari Komunitas Nasional ini. Kang Asep memberikan kenang-kenangan kepada ke dua bule sebagai narasumber di acara ini. Saat diberikan pilihan topi kepada Mas Oli, beliau katakan, ‘’Saya tidak memilih topi warna Orange, karena saya tidak nasionalis’’. Hehehe….candaan Mas Oli yang sangat cinta Indonesia.
Info lengkap
Follow @indohistoria @harikomunitas @penerbitkpg
http://www.komunitashistoria.com
http://www.harikomunitas.id
http://www.penerbitkpg.com