Menyembelih Cinta, Menyempurnakan Taqwa

Refleksi Kajian Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim bersama Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri

🕌 Masjid Nurul Iman, 14 Juni 2025 | 8 Dzulhijjah 1446 H

Alhamdulillah, kita panjatkan pujian kepada Allah ﷻ yang masih mempertemukan kita dengan hari-hari mulia di bulan Dzulhijjah. Kepada sahabat istiqomah, mari kita berdoa semoga Allah memperbaiki urusan kita, urusan keluarga kita, dan pemimpin-pemimpin kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Masih dalam nuansa Idul Adha, di tengah hari-hari tasyriq yang penuh keberkahan, kajian Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim kembali menggugah hati jamaah Masjid Nurul Iman. Kajian ini bukan hanya tentang ilmu, tapi tentang adab dalam menuntut ilmu, dan lebih jauh: bagaimana membentuk hati yang bertaqwa.


📚 Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim: Ilmu dan Adab yang Membentuk Jiwa

Kitab karya Imam Badruddin Ibnu Jama’ah ini bukan sembarang buku. Ia membahas secara detail etika penuntut ilmu dan pengajar, serta bagaimana ilmu seharusnya mengantarkan kepada ketaatan dan kedekatan kepada Allah.

Namun, Ustadz Nuzul mengingatkan: banyak yang belajar, tapi tidak berubah. Rajin hadir majelis, tapi hatinya tetap keras. Karena ilmu tanpa taqwa hanya akan memperberat hisab.


🕋 Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail: Menyembelih Bukan Anak, Tapi Cinta

Sore itu, kajian membahas secara mendalam pelajaran dari ibadah qurban—kisah monumental Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Bagaimana seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, justru diperintahkan untuk menyembelihnya?

Namun ternyata, perintah itu bukan sekadar tentang menyembelih anak. Tapi tentang menyembelih cinta yang bisa menggeser posisi Allah di dalam hati.

“Allah cemburu jika hamba-Nya terlalu mencintai selain Dia.”
(QS Ash-Shaffat: 102 – Ibrahim diperintah lewat mimpi agar ujian itu terasa lebih berat dan menguji keimanan secara utuh).

Nabi Ibrahim lulus. Karena cinta terbesar di hatinya tetap kepada Allah. Itulah makna qurban sejati.


💔 Ketika Harta, Anak, dan Pasangan Menjadi “Tuhan Kedua”

Ustadz Nuzul menekankan bahwa cinta kepada dunia, harta, anak, pasangan, popularitas, atau cita-cita bisa menjadi penghambat taqwa. Bahkan bisa menjadi bentuk kesyirikan hati, jika melebihi cinta kepada Allah.

“Ketika cinta dunia mengalahkan cinta kepada Allah, maka qurban kita tidak bermakna. Qurban bukan sekadar menyembelih kambing, tapi menyembelih rasa memiliki selain kepada Allah.”


🧠 Dinamika Hati dan Ujian Cinta

Mengapa taqwa sulit diraih? Karena permainan hati itu pelik. Dalam QS Al-Hajj: 11, Allah menjelaskan orang yang beribadah “di pinggir”, hanya mencari keuntungan dunia, akan merugi di dunia dan akhirat.

Ustadz menyebutkan tiga motor penggerak hati:

  1. Mahabbah (Cinta kepada Allah)
  2. Khauf (Takut kepada Allah)
  3. Raja’ (Harap kepada Allah)

Namun yang paling kuat adalah cinta. Cinta yang akan mendorong kita bersabar, berkorban, dan bertahan dalam taat.


🧬 Setiap Hal Istimewa, Ujiannya Luar Biasa

Allah tidak memberi anak pada Nabi Ibrahim dalam waktu cepat. Tapi ketika diberi, langsung diperintahkan untuk diuji dengan menyembelih anak itu. Lalu diganti dengan domba yang gemuk (QS Ash-Shaffat: 112).

Begitu juga kita.

Belum menikah? Ujian.

Sudah menikah tapi pasangan tidak ideal? Ujian.

Belum punya anak? Ujian.

Punya anak tapi tidak sesuai harapan? Ujian.

Sedang berjuang dari miskin ke kaya? Ujian.

“Setiap hal yang istimewa, konsekuensinya juga besar. Jangan kira rezeki, jodoh, dan anak itu tanpa ujian. Bahkan Nabi Yakub diuji sampai buta karena kehilangan Yusuf.”


💎 Hikmah Mahal: Allah Tidak Pernah Salah

Kadang kita mengira sesuatu baik, padahal buruk. Kadang kita kecewa karena doa belum dikabulkan. Tapi Allah tahu apa yang terbaik. QS Al-Baqarah: 216 menegaskan hal ini.

“Allah tidak sedang menghukummu saat doa belum dikabulkan. Mungkin Dia sedang menyelamatkanmu dari sesuatu yang tidak kau tahu.”


✍️ Kesimpulan Kajian

  1. Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim mengajarkan adab dan akhlak penuntut ilmu.
  2. Qurban bukan hanya menyembelih hewan, tapi menyembelih rasa cinta yang berlebihan kepada selain Allah.
  3. Hati kita harus dimurnikan dari cinta dunia yang menghalangi taqwa.
  4. Taqwa lahir dari hati yang bersih, cinta yang lurus, dan harapan yang jernih kepada Allah.
  5. Ujian adalah bukti cinta Allah. Semakin besar ujian, semakin besar pula nilai dan bobot iman kita.
Kajian Sabtu Sore

🌱 Penutup: Yuk, Latih Hati Kita untuk Bertaqwa

Mari kita periksa kembali isi hati. Adakah cinta lain yang diam-diam lebih kita dahulukan dari cinta kepada Allah?

Semoga kita bisa meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail, yang dengan penuh ketaatan dan cinta kepada Allah, mengajarkan makna qurban sejati.

Dan semoga Allah ﷻ jadikan ilmu ini tidak hanya menambah wawasan, tapi juga membersihkan hati dan menambah taqwa. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Add a Comment