🚆 Jalita Pensiun: Mengantar Sang Legenda KRL ke Peristirahatan Terakhir

Oleh: Mohamad Sobari

Tanggal 11 November 2025 menjadi momen bersejarah yang penuh haru. KRL Tokyu Seri 8500, atau yang akrab disapa Jalita (Jalan-jalan Lintas Jakarta), resmi dipensiunkan setelah 50 tahun mengabdi di dunia perkeretaapian, termasuk hampir 20 tahun melayani Jabodetabek. Bagi banyak penumpang dan railfans, Jalita bukan sekadar kereta—ia adalah ikon, pelopor, dan sahabat perjalanan.

🛤️ Dari Tokyo ke Jakarta: Perjalanan Panjang Sang Pelopor

Diproduksi oleh Tokyu Railway pada tahun 1975, KRL Seri 8500 awalnya melayani jalur urban di Jepang. Sejak 2006, rangkaian ini mulai berdatangan ke Indonesia sebagai bagian dari transformasi layanan KRL Jabodetabek. Total 64 unit didatangkan secara bertahap hingga 2009.

Yang membuat Jalita istimewa adalah statusnya sebagai kereta pertama yang dimiliki langsung oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) setelah berpisah dari PT KAI. Sebelumnya, kereta-kereta eks Jepang yang beroperasi di Jabodetabek masih berada di bawah kepemilikan PT KAI. Jalita menjadi simbol kemandirian dan awal baru bagi KCI.

❄️ Revolusi AC dan Kenyamanan Baru

Sebelum Jalita hadir, mayoritas KRL di Jabodetabek adalah kereta ekonomi non-AC yang padat, panas, dan semrawut. Jalita hadir membawa angin segar: kereta ber-AC, interior bersih, dan sistem operasi yang lebih tertib. Ia menjadi pionir dalam membentuk standar baru kenyamanan transportasi publik di wilayah megapolitan ini.

🎨 Livery Khas dan Julukan “Toko Roti”

Secara visual, Jalita mudah dikenali. Bodi stainless steel bergelombang dan bentuk kotaknya membuatnya dijuluki “Toko Roti” oleh railfans Jepang. Di Indonesia, livery khas Jalita—dengan garis merah dan abu-abu yang elegan—menjadi identitas visual yang kuat. Banyak railfans menjadikannya objek fotografi favorit, bahkan inspirasi desain untuk ilustrasi dan merchandise.

🎤 Tanggapan Darustation: “Kereta yang Berjiwa”

Railfans ternama Darustation menyampaikan penghormatan mendalam melalui unggahan Instagram dan Threads. Ia menyebut Jalita sebagai kereta yang “berjiwa nostalgia”, bukan hanya karena usianya, tapi karena perannya dalam membentuk budaya railfans Indonesia.

“Jalita bukan cuma kereta. Ia adalah saksi sejarah, pelopor kenyamanan, dan guru pertama bagi banyak railfans yang belajar memotret, mengenal livery, dan mencintai dunia perkeretaapian. Jalita berjiwa.”

Darustation juga mengusulkan agar satu rangkaian Jalita dijadikan museum mini atau kereta edukasi, agar generasi mendatang bisa mengenal sejarah transportasi urban Indonesia secara langsung.

🎉 Last Run “Arigato KRL”: Perpisahan yang Menggetarkan

Acara perpisahan bertajuk “Arigato KRL” digelar di Stasiun Jakarta Kota. Jalita, bersama dua seri lainnya—Tokyo Metro 7000 dan JR East 203—melakukan perjalanan terakhirnya. Suasana haru menyelimuti peron. Penumpang membawa bunga, poster, bahkan menulis pesan perpisahan di kertas yang ditempel di kaca gerbong.

🏛️ Warisan dan Harapan: Museum Mini Jalita?

Banyak pihak, termasuk Darustation dan komunitas railfans lainnya, berharap agar satu rangkaian Jalita bisa diselamatkan dan dijadikan museum mini atau kereta edukasi. Tujuannya bukan hanya untuk mengenang, tapi juga mengedukasi generasi muda tentang sejarah dan pentingnya transportasi publik yang manusiawi.


✨ Penutup: Terima Kasih, Jalita

Jalita telah mengantar kita ke tempat kerja, sekolah, rumah, dan bahkan ke kenangan yang tak terlupakan. Ia hadir saat kita lelah, terburu-buru, atau sekadar ingin menikmati perjalanan. Kini, saatnya kita mengantar Jalita ke peristirahatan terakhirnya—dengan rasa hormat, cinta, dan terima kasih.

Selamat jalan, Jalita. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan kami. Arigato, sang legenda rel.


Sumber Berita:

Add a Comment