Tabola Bale Bergema di Istana Negara: Ketika Timur, Barat, dan Minang Menyatu dalam Nada Kemerdekaan

Peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini bukan hanya seremoni kenegaraan. Ia adalah panggung kolaborasi budaya, tempat di mana Tabola Bale—lagu dari timur Indonesia—bertransformasi menjadi simbol persatuan yang hidup, dinamis, dan penuh warna.

🌺 Nada dari Timur, Resonansi untuk Nusantara

Lagu Tabola Bale, ciptaan Silet Open Up bersama Jacson Zeran, Juan Reza, dan Diva Aurel, membawa pesan sederhana namun dalam: “tabola bale”—berbalik arah, kembali pulang, kembali pada akar. Di halaman Istana Negara, lagu ini dibawakan dengan aransemen yang memadukan alat musik tradisional timur, beat modern, dan—yang mengejutkan—sentuhan musik pop Minang.

🎧 Pop Minang Menyusup, Lirik Minang Menguatkan

Ketika intro Tabola Bale berganti dengan denting saluang dan ritme khas pop Minang, suasana berubah. Sisipan lirik Minang seperti:

“Ondeh uda, jan baitu bana / Denai ko indaklah nan sarupo itu…”

menjadi jembatan emosional antara timur dan barat. Lagu ini bukan lagi milik satu daerah, tapi milik seluruh Indonesia. Ia menyuarakan semangat mufakat, gotong royong, dan pulang ke nilai-nilai lokal yang memperkuat nasional.

🎤 Potongan Lirik yang Menggugah

Berikut cuplikan lirik Tabola Bale yang membuat hati “terbolak-balik”:

Lia ade nona makin gaga, bikin kaka jadi suka 

Dulu ade rambu kepang dua, sekarang rambu mera mera 

Kaka lia ade tambah manis, pulang rantau dari mana? 

Kaka tabola-bale lia ade nona e 

Su makin menyala e, kaka hati susah e 

Ade bikin kaka mete, tidur malam bola-bale 

Sejak kaka lia ade, aduh Tuhan ampun e 

Dan bagian Minang yang menyusup dengan lembut:

Ondeh uda, jan baitu bana 

Denai ko indaklah nan sarupo itu 

Dek hanyo takuik mancaliak uda 

Acok mabuak mabuakan 

Lirik ini bukan hanya lucu dan ekspresif, tapi juga menyentuh dan penuh warna lokal.

🗣️ Darustation: “Kekuatan Daerah Adalah Kekuatan Indonesia”

Darustation, komunitas kreatif yang aktif mengangkat musik daerah ke panggung nasional, menyatakan:

“Ketika Tabola Bale dipadukan dengan pop Minang, kita tidak sedang mencampur aduk budaya. Kita sedang menunjukkan bahwa kekuatan daerah adalah kekuatan Indonesia.”

Pendapat ini memperkuat narasi bahwa Indonesia bukan hanya satu suara, tapi harmoni dari ribuan suara.

🇮🇩 IndONEsia: Kolaborasi yang Menguatkan

Visual “IndONEsia” yang ditampilkan di layar Istana, dengan huruf “ONE” yang menonjol, bukan sekadar desain. Ia adalah manifesto: Indonesia adalah satu, tapi terdiri dari banyak. Lagu Tabola Bale versi kolaboratif ini menjadi bukti bahwa kita bisa bersatu tanpa harus seragam.

🗣️ Bahasa Daerah: Pilar Hasanah Bahasa Indonesia

Salah satu kekuatan lagu ini adalah keberanian untuk tetap menggunakan bahasa daerah. Lirik asli Tabola Bale tidak diterjemahkan, tapi justru diperkuat dengan sisipan bahasa Minang. Ini bukan sekadar estetika, tapi pernyataan bahwa bahasa daerah adalah bagian dari hasanah bahasa Indonesia.

✨ Penutup: Nada yang Menyatukan

Di tengah gegap gempita peringatan kemerdekaan, Tabola Bale versi kolaboratif menjadi highlight yang tak terlupakan. Ia bukan hanya lagu, tapi manifesto budaya. Ia menunjukkan bahwa masa depan Indonesia akan dibangun dari kolaborasi, bukan dominasi. Dari saluang Minang hingga sasando Timor, dari lirik lokal hingga semangat nasional—Indonesia adalah simfoni yang indah.

Dan mungkin, inilah kemerdekaan yang sesungguhnya: ketika setiap daerah merasa didengar, dilibatkan, dan dirayakan.

https://www.instagram.com/reel/DNe1AlehPTo/?igsh=MW1vajg5cW8ycHV1aA==

Add a Comment