Website Desa Mati, SDM Katanya “Setinggi Langit” — Tapi Kenapa Link-nya Nggak Bisa Dibuka?

Hari ini saya iseng mampir ke akun Instagram resmi sebuah desa yang katanya sedang menuju digitalisasi. Lokasinya strategis banget, cuma beberapa ratus meter dari stasiun. Feed-nya rapi, ada logo resmi, bahkan bio-nya menulis:
👉 “Kunjungi website resmi kami di…”
Sebagai warga digital yang penasaran, saya klik link itu.

Tapi apa yang terjadi?
“This site can’t be reached”
Lho? Kok mati?


💸 Padahal Bikin Website Itu Nggak Murah, Lho…

Kalau kamu tahu dunia digital, pasti paham bahwa bikin website bukan hal sepele.

  • Domain dan hosting berbayar,
  • Desain dan konten awal,
  • Kadang bahkan pakai konsultan atau vendor profesional.

Biayanya bisa jutaan. Tapi kenapa setelah dibikin, malah dibiarkan mati?


❓Apa Penyebab Web Desa Error?

Berikut ini dugaan yang cukup masuk akal:

  1. Domain/Hosting Gagal Diperpanjang
    Bisa jadi lupa, atau tidak ada anggaran tahunannya.
  2. Tidak Ada Tim Pengelola Aktif
    Web hanya untuk formalitas awal, setelah itu tak ada admin atau konten yang dikelola.
  3. Takut Ketahuan Tidak Ada Aktivitas
    Ini kemungkinan paling pahit.
    Daripada masyarakat tahu bahwa kegiatan pembangunan sepi, laporan keuangan kosong, atau dokumentasi nihil—lebih baik web-nya dimatikan?
  4. Gengsi: Malu Karena Kosong atau Ketinggalan Zaman
    Banyak web desa berhenti update sejak 2021 atau 2022.
    Malu? Bisa. Tapi justru itu alasan untuk bangkit lagi.
  5. Tidak Ada Kolaborasi dengan Anak Muda Desa
    Padahal banyak yang bisa bantu: admin konten, videografi, bahkan maintenance. Tapi kalau SDM hanya jadi jargon “tinggi”, ya akhirnya tidak sampai tanah.

🙄 Branding Tanpa Komitmen = Kosong

Sayang sekali. Di satu sisi, akun medsos desa gencar menyuarakan kemajuan, bicara soal “smart village”, unggah spanduk pelatihan SDM.
Tapi di sisi lain, link ke website resmi—yang semestinya jadi pusat informasi dan transparansi publik—justru mati total.

Website yang mati bukan sekadar link rusak. Ia adalah simbol komitmen yang berhenti.


💡 Solusinya?

  • 🔁 Aktifkan kembali domain/hosting, minta dukungan dari pemda atau mitra lokal
  • 🤝 Libatkan anak muda atau komunitas digital di desa—jangan anggap mereka hanya “penonton”
  • 📝 Bikin konten sederhana tapi rutin: laporan musyawarah, kegiatan gotong royong, pengumuman penting
  • 🔍 Jadikan website desa sebagai etalase kepercayaan dan keterbukaan

✊ Penutup: Dari Mati, Mari Kita Hidupkan Lagi

Mati bukan akhir. Justru jadi titik balik.
Daripada terlihat “tidak ada aktivitas” karena web kosong, kenapa tidak mulai dari aktivitas kecil lalu dibagikan secara jujur?
Kalau SDM-nya benar “setinggi langit”, buktikan dulu bahwa kaki-kakinya masih menapak tanah: melayani, mengelola, dan membagikan informasi untuk warganya.

Desa digital bukan soal teknologi tinggi. Tapi tentang kemauan untuk terus hidup, hadir, dan transparan.


📢 Yuk, cek website desa kamu… masih aktif kah?

Kalau kamu setuju atau punya cerita serupa, tulis di komentar.
Kalau kamu dari pihak desa dan ingin menghidupkan kembali websitemu—DM aku ya. Siapa tahu kita bisa bantu bareng.

#DesaDigital #WebDesaMati #SDMUnggulKatanya #CeritaDariPinggirStasiun #DigitalisasiSetengahHati #BukanSekadarLink

Add a Comment